Ini adalah tentang subtansi masyarakat terkait himbauan diam di rumah. Bagaimana masyarakat bersembunyi dibalik ego.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Itu benar. Termasuk 'diam di rumah' adalah cara mencegah yang paling efektif. Anda tidak perlu repot menyiapkan segala hal tapi Anda cukup tidak keluar rumah. Mengapa cara mencegah ini harus dilakukan? Lalu bagaimana dengan orang yang notabene mencari rupiah di lapangan alias tidak bisa work from home? Bagaimana nanti jika mereka tidak bisa makan?.
Pertanyaan-pertanyaan diatas memang menjadi benalu bagi orang yang menebar kebaikan dengan cara mengkampanyekan work from home tersebut. Namun adakalanya juga kita sadar dan menerima bahwa “Oh iya itu benar” tapi sangat sulit. Seolah-olah kampanye itu adalah bagian dari itikad buruk dari teori konspirasi. Kan, negara Indonesia sudah maju setelah beberapa hari lalu AS mengganti status negara Indonesia 'Berkembang' menjadi negara maju. Seharusnya kita lebih dewasa—lebih sadar lagi dengan sesuatu hal yang memang baik bagi kesehatan kita.
Menurut saya work from home itu baik kita ikuti di tengah maraknya lalu lintas corona virus. Namun bagi mereka yang bekerja di lapangan tetaplah bekerja selagi belum ada bantuan dari pihak pemerintah tapi Anda harus benar-benar menjaga jarak dari orang lain. Ini bukan upaya untuk menjadikan Anda asosial tapi (jika Anda paham) ini demi kesehatan Anda sendiri. Kalau toh Anda kekeh, ya silahkan saja.
Kalau enggak penting-penting amat sebaiknya Anda diam di rumah. Misal, dari yang biasanya Anda main/nongkrong sama teman untuk saat ini jangan dulu. Dari yang biasanya jalan-jalan sama pasangan untuk sekarang jeda dulu. Anda jangan bersikeras seolah-olah semuanya sudah di atur tetapi itu benar. Lantas jika Anda mengabaikan himbaun ini berarti Anda tidak memakai akal Anda untuk berpikir. Bukankah himbaun ini baik bagi kesehatan? Dan Islam pun memerintahkan umatnya untuk menjaga kesehatan.
Di zaman yang serba cepat ini apapun bisa dengan cepat pula Anda dapatkan. Termasuk saya sendiri. Di akun sosial media milik saya seringkali terlintas upload-an foto setelah bermain. Mereka dengan girangnya unjuk gigi di tengah virus corona ini. Yang menjadi pertanyaan saya bukan 'keluar rumahnya' tetapi apakah pertemuan itu penting di kala waktu genting? Anda mungkin akan menepis tulisan ini jika Anda memakai ego dalam menilainya.
Diam di rumah tidak akan lama kok. Percayalah, kegetiran ini akan cepat usai. Untuk saat ini budayakan rebahan sebelum semuanya kembali lagi bersebelahan.
Posting Komentar