Ad Under Header
Parallax Ad

Kritik Dalam Kritik

Kritik Dalam Kritik
Source by pixabay

Perubahan status Gunung Ciremai menuai polemik yang cukup serius di sebagian kalangan masyarakat kabupaten Kuningan. Dari sejak rencana ini bergulir melalui media, Netizen, tidak henti-hentinya melontarkan status dengan maksud 'Menolak' atas rencana tersebut. Bahkan, mungkin, menjadi perbincangan hangat di pertemuan kopi.

Kemarin, hari Minggu (01/03/2020) pecinta alam di kabupaten Kuningan melakukan aksi teatrikal atau adegan sandiwara dengan tujuan menarik perhatian banyak orang di depan Pendopo Kuningan. Mereka juga melakukan penggalangan dana koin untuk memberikan gambaran yang ditujukan kepada pemerintah daerah, yang memberi arti bahwa "Jika hal kecil dikelola dengan baik maka hasilnya akan melimpah".

Saya sendiri mendukung upaya yang dilakukan oleh organisasi ini tetapi melalui beberapa kritik yang saya paparkan di bawah.

Kenapa sebagian masyarakat kabupaten Kuningan menolak perubahan status gunung Ciremai?


Pertanyaan ini tepat untuk aksi yang dilakukan oleh pecinta alam kemarin. Seperti yang diberitakan oleh portal berita Kuningan Mass, Maman mengkhawatirkan perubahan terhadap Gunung Ciremai akan mengundang banyak investor masuk. Maka saya bertanya, apakah itu bagus untuk pendapatan daerah? Ternyata tidak. Dengan masuknya investor maka hak kelola akan mudah dibeli sehingga mereka (Investor) dapat memonopoli ekonomi wisata. 

Menurut saya, pecinta alam tidak perlu mengkhawatirkan ekonomi masyarakat. Karena mereka (Pecinta alam yang saya ketahui) hanya menjaga, merawat, mencintai dan melestarikan alam agar tetap lestari. Akhirnya, pernyataan ini menimbulkan pertanyaan (Kepada saya) "Masyarakat yang mana?". 

Mungkin sebagian masyarakat juga bertanya "Apa yang dikhawatirkan oleh 'Penolak' mengenai investor yang tertarik dengan Gunung Ciremai?". 

Begini, investor adalah orang yang menanamkan uangnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan (Sesuai dengan kesepakatan) dari uang yang ditanam, misalnya, menanam modal di wisata D. Maka tidak mungkin dong, tempat yang sudah ditanami modal akan dibiarkan begitu saja. Pasti ada upaya untuk membangun sesuatu untuk mendatangkan konsumen.

Gunung Ciremai memang memiliki keindahan yang bukan hanya mememikat wisatawan tetapi juga investor. 

Keindahan inilah yang dipandang investor sebagai 'Peluang' untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Mereka bisa membangun perhotelan, kolam renang, villa dan yang lainnya. Apabila 'TAHURA' telah resmi atau benar-benar terjadi.

TAHURA memang masih seutas rencana. Tetapi sebelum isu TAHURA ada, banyak tempat yang dijadikan objek wisata.
Pembangunan inilah yang dikhawatirkan oleh pecinta alam karena hanya akan merusak lingkungan. Saya bertanya lagi, "Bukankah akhir-akhir ini kabupaten Kuningan telah banyak melahirkan destinasi-destinasi wisata?". "Kenapa tidak dilarang?". 

Mungkin sebagian pembaca ada yang menyanggah, "Tapi kan dikelola oleh masyarakat". Lantas saya ingin bertanya, "Apa bedanya investor dengan masyarakat jika sama-sama menginginkan keuntungan dari alam?". Apakah jika destinasi wisata dibangun oleh masyarakat tidak akan menimbulkan dampak seperti sampah misalnya.

Kenapa harus membuka jalur pendakian? berpuluh-puluh wisata didirikan di dekat Gunung Ciremai. Apakah yakin dapat memastikan tidak ada sampah disana?. Saya tahu orang-orang yang menyebut dirinya "Pecinta alam" bukan orang yang hanya memunguti sampah. Dan itu benar. Menjaga alam adalah keharusan semua manusia, termasuk memunguti sampah di alam liar.

Kita memerlukan orang yang benar-benar peduli kepada alam secara totalitas


Kebakaran Gunung Ciremai masih memunculkan pertanyaan terkhusus kepada diri saya pribadi. Pertanyaan yang mungkin juga sama dengan Anda yakni mengenai 'Sebab'. Kala itu, saya tidak luput dari berita yang dilontarkan pewarta, mengenai sebab, saya merasa belum puas 'Jika kita hanya menyalahkan tingginya tensi panas'.

Apakah ada rasa yang ingin Anda ketahui tentang 'Kenapa' musim panas kemarin begitu panjang kita rasakan. Salah satunya adalah 'Global warming'.

Global warming disebabkan karena banyaknya karbon dioksida yang dihasilkan oleh alat rumah tangga. Zat kimia ini naik sehingga dapat merusak lapisan ozon.

Mungkin, ini adalah pembahasan yang harus serius dilakukan meskipun ada aktivis climate change yang terus mengampanyekan tetapi mereka butuh dukungan.

Kita hanya menyalahkan 'Kapitalisme' atau orang yang memiliki banyak modal. Tanpa kita sadari pula 'Kenapa kita harus membeli produk mereka?'. Seolah ini menjadi bumerang kepada kita sendiri. Seperti misalnya, kendaraan menjadi salah satu penyebab karbon dioksida di dunia meningkat. Di satu sisi, kita juga membutuhkan kendaraan tersebut.

Lalu kenapa?

Mengenai 'Penolakan' terhadap perubahan status gunung Ciremai adalah langkah yang tepat tetapi juga harus memastikan bahwa itu benar-benar terwujud. Jika memang dilakukan atas nama 'Alam' saya berharap bukan hanya saat ini saja.

Banyak tugas lain yang harus diselesaikan sesuai dengan fungsi organisasi itu sendiri. Apakah kita sanggup tidak menggunakan 'Kendaraan' demi alam?. 

Di tulisan ini saya tidak menujukan ke salah satu organisasi tertentu tetapi ke orang yang menyebut dirinya 'Pecinta alam'. Ini akan menuai banyak pihak yang merasa dibatasi. Seperti misalnya kegiatan jelajah wisata yang menggunakan motor trail. Apakah itu tidak merusak alam?. Atau mungkin pihak mereka menyanggah, "Tempat yang kami jadikan trail sudah ditentukan".

Jika mereka menyanggah seperti itu, berarti, mereka telah menentukan 'Tempat' yang akan dirusak. Offroad yang baik memiliki aturan tersendiri di dalam komunitasnya. Tetapi tidak sedikit, mungkin, yang menjelajahi belantara semaunya. Apa yang ada di pikiran mereka adalah bagaimana menyalurkan hobi. Dan hobi adalah kepuasan dalam hidupnya.

Saya bertanya, "Apakah pecinta alam tidak memperhatikan hal itu?". Saya pikir mereka (pecinta alam) mengetahui dampak yang akan terjadi apabila kegiatan motor trail bebas menjelajahi hutan mana saja.

Bagaimana gerigi ban dari motor trail mengoyak rumput-rumput mungil yang mungkin baru saja tumbuh tadi malam. Orang yang memiliki hobi motor trail juga tidak mungkin melakukan kegiatan hanya di satu tempat. Karena memang bosan. Saya juga mengalami seperti itu ketika saya hanya menulis di satu tempat, kamar misalnya, yang ada tuh jenuh dan bosan.

"Wah, Anda membatasi apa yang kami suka". Apa kata saya juga, hal ini akan menuai polemik jika hal ini benar-benar dikampanyekan.

Kesimpulan:


Sehebat apapun Anda dalam menjaga alam, perubahan, akan terus terjadi karena memang ini memiliki alasan ekonomi. Kita tidak bisa menolak atau bertahan dalam rumpun jika kita hanya memiliki kekuatan kecil. Kekuatan besar bukanlah terlihat dari banyaknya anggota tetapi lebih ke totalitas dan loyalitas. 

Mengampanyekan 'Menjaga lingkungan' harus setiap saat bukan hanya setiap ada momen saja karena manusia membutuhkan 'Perhatian' secara khusus, dalam bentuk apapun. Meskipun, kita tidak bisa memaksakan orang yang berbeda pendapat tetapi kita harus memastikan dirinya mengerti.

Hal yang paling berat, menurut saya, bukan adanya isu TAHURA saja yang dapat merusak alam. Ada kebiasaan yang dijadikan kewajiban dan itu sudah melekat dari generasi ke generasi "Kendaraan". Bukan melarang kendaraan tapi setidaknya ada batasan tertentu lah. 

Saya berharap, alam tidak hanya dijadikan 'Inspirasi' untuk mendapatkan sebuah kata yang mengharapkan puji. Pun tidak hanya sebagai pelepas 'Penat' tetapi lebih ke menggunakan dengan bijak.

Saya mendapatkan kesadaran dari polemik ini bahwa tidak harus bangga jika kabupaten Kuningan dijadikan atau rujukan tempat wisata. Hal itu memiliki arti ya begini. Artinya, semakin kita bangga semakin banyak pula investor yang tertarik.


Posting Komentar