Ad Under Header
Parallax Ad

Memilih

Memilih

Setiap manusia yang hidup memiliki daftar pilihan. Apapun, siapapun mereka selalu memiliki pilihan. Entah yang suka belakang lehernya, belakang telinganya atau upilnya.

Namun terkadang semakin banyak pilihan itu semakin menyulitkan. Soalnya pada bagus jadi kedeur mau pilih yang mana. Akhirnya, tidak milih apa-apa. Pernah? 

Termasuk aku. Oh iya, maaf. Perkenalkan namaku Imbar Fuji Astuti. Lahir ke bumi ketika Tuhan sedang bercanda. Makanya, aku lucu. (Senyum dong) 

Kebelet pengen upload tulisan hasil melamun beberapa jam di WC. Tadinya mau dikirim ke media lain, eh tiba-tiba temanku ngirim DM disuruh ngirimin tulisan pengalamanku. Ya udah, kebetulan aku kebelet pengen kawin, eh, maksudku kebelet pengen upload. 

Jadi, tulisan ini ngebahas pengalaman cinta aku. Boleh ya, nge-bucin? Sekali-kali baca artikel yang bukan politik, ribet! 

Begini. 

Dahulu kala ada seorang putri cantik jelita. Haha bukan-bukan. 

Sekarang beneran. Seperti kataku di atas setiap manusia memiliki pilihan dan itu benar adanya. Termasuk aku sendiri. 

Ketika sebagian orang memilih untuk dicintai, aku lebih memilih untuk mencintai. Kenapa? Karena menurutku, mencintai seseorang itu sebuah pilihan. Berbeda dengan orang yang ‘Menerima’ seseorang karena mencintai dirinya. Aku rasa itu adalah keterpaksaan hati yang ujung-ujungnya melelahkan. 

Iya benar. Itu terbukti dengan cerita cintaku sendiri. Dulu, aku pernah dicintai oleh seseorang (Namanya disensor). Awal-awal sih cinta kita berdua biasa saja lalu di pertengahan semakin lengket dan akhirnya cinta itu menjadi benalu kepadaku. 

Dari yang tadinya lembut, perhatian, romantis, penuh canda, eh, tiba-tiba berubah posesif dan mengekang. Aku tidak suka di kekang, lagian mana ada sih wanita yang mau di atur-atur. 

Kemana-mana harus ikut, kemana-mana harus berdua. Aku juga manusia, aku butuh sendiri, aku butuh tidak berjalan dengan siapa-siapa, aku butuh berkumpul bersama keluarga. 

Pada tanggal 8 Maret 2020 adalah hari International Womens Day atau IWD2020. Semua perempuan di dunia bersuara meminta keadilan dan kesetaraan dalam kehidupan sehari-harinya. 

Aku juga sama halnya. Wanita bukan hanya dipakai untuk nafsu birahi laki-laki. Wanita butuh kebebasan dan kesetaraan. Ini penting! Karena memang kita sama-sama manusia. 

Lanjut, 

Sampai akhirnya, aku berpikir untuk pergi dari hidupnya. Beberapa hari merenung, merenung dan merenung. Lalu muncul kesepakatan setelah berlama-lama berdiskusi dengan hati; ya, aku akan melepaskannya. 

Tak dinyana, aku pikir berpisah dengannya akan baik-baik saja seperti dulu awal bertemu. Dia mengancam akan menyantet aku kalau kita benar putus. Bahkan, dia bakal membunuh dirinya sendiri. 

Mendengar itu, kasian aja sama dia. Masa gara-gara diputusin mau bunuh diri sih. 

Setelah kejadian ini, kita masih berhubungan. Masih balas-balas pesan, telpon. Tetapi dia malah semakin kasar. 

Akhirnya, aku berhasil memutuskan dia melalui sosial media. 

Nah, setelah putus hubungan dengannya, aku, lebih memilih ingin sendiri. Mungkin, trauma ya tapi yang jelas sendiri itu lebih menyenangkan.

Aku menjalani single parents sekitar 2 tahun lebih kalau enggak salah. Hari-hariku dipenuhi waktu luang dan positif tapi seringnya main game. Hehe

Setelah dua tahun yang kelebihan itu berlalu, tiba-tiba ada lelaki yang mulai melancarkan gerilya PDKT-nya. (Namanya disensor) pun aku tertarik dengan lelaki itu. 

Sebenarnya lelaki ini sudah saya kenal, dulu. Alih-alih sebagai teman, saya pun meminta kontaknya. “Kok perempuan minta kontak lelaki duluan?” gak boleh? Jaga image? Kamu salah.

Lanjut, 

Dengan lelaki ini, awalnya saya hanya suka tapi lama-lama menjadi cinta. Hehe. Emang benar kata-kata ini “Alam mengirim orang diwaktu yang tepat”. Kalau “Waktu yang salah” itumah liriknya Mamang cilok. 

Setelah proses pra-PDKT, PDKT dan masa pacaran ke 1, masa pacaran ke 2 dan ketiga menjadi kabar baik bagiku; DIA AKAN MELAMARKU. 

Bahagia sekali rasanya. Seseorang yang dicintai akan menjadikan hubungan ini semakin resmi. 

Seperti kata Arini di film surga yang tak dirindukan “Siapa si yang bisa mempercayainya, kalau bukan kita yang percaya”. Sembari berjalan bapaknya bertanya “Jadi, kamu percaya?”. Arini tersenyum malu, beberapa detik kemudian “Dengan restu bapak”. 

Jreng jreng jreng backsound Krisdayanti pun di putar. 

Lanjut,

Buat apa cinta diciptakan jika kita tidak pernah memakainya untuk memulai. Entah itu mengakhiri ataupun menetap.

Pilihlah cintamu. Jangan biarkan cinta memilihmu. “Bukannya jodoh itu sudah ditentukan ya?”. Ya memang. Tapi buat apa cinta diciptakan jika kita tidak pernah memakainya untuk memulai. 

Cinta memang indah tentunya jika kita tidak salah memilih pasangan, jangan membuang waktumu dengan orang yang pandai menyakiti dan menyia-nyiakan cintamu. Karena hati, perasaan dan cinta sangat berharga bagi kehidupan kita .

Posting Komentar