Sore hari menjelang senja kita mengunjungi tempat kopi yang berada di ketinggian. Sebenarnya aku yang minta untuk berkunjung ke tempat ini. Biasalah, wanita suka minta sambil manja kayak gini.
Tempatnya di daerah Palutungan kabupaten Kuningan. Mengunjungi kopi waja ini adalah pengalaman pertama di dalam hidupku. Bukan jarang main tetapi dulu aku menghabiskan sebagian hidupku di kota Bandung.
Kita tahu, kopi merupakan salah satu minuman yang digemari oleh sebagian masyarakat. Terutama anak-anak muda. Biasanya, anak muda kalau ngopi tuh di tempat bergaya desain keren.
Namun ada juga yang enggak suka ngopi di caffe. Biasanya, orang-orang yang seperti ini memiliki tipe introvert atau orang yang suka menyendiri.
Sekarang sudah tidak asing lagi tatkala caffe dijadikan tempat untuk berdiskusi atau meeting. Ya, para perusahaan mengikuti perubahan zaman.
Gaya pacaran pun merambah mengikuti gaya kekinian. Bukan lagi di semak-semak. Hehe. Bercanda.
Aku dan dia adalah sepasang kekasih yang sudah terikat dengan cincin emas, bukan cincin Gas ya!
Dua gelas kopi tersaji di depan kami berdua dan beberapa makanan ringan. Kita sengaja ngopi berlama-lama di sini. Ya, seperti Kak Prisia, kami menunggu malam menyelimuti bumi.
Hal yang unik dari tempat ini adalah pemandangan malamnya. Meskipun belakangan ini semakin banyak kedai-kedai kopi yang bermunculan khususnya di kota Kuningan Jawa barat.
Menurutku kopi waja yang juara satu. Bukan 'juara kedua' ya, itumah judul lagu Bung Fiersa.
Bagaimana semilir bertutur lembut menyentuh wajah dan celah kancing yang copot. Hehe
Tidak begitu juga, pengalamanlah serta nuansa yang berbeda-beda memberikan kesan bagi setiap pengunjung dan penikmat kopi, di manapun. Intinya, setiap caffe memiliki keunikannya tersendiri.
Waja kopi Kuningan salah satu kedai kopi yang wajib kamu kunjungi. Di bawah kaki gunung Ciremai di ketinggian 1078 mdpl.
Meskipun berlokasi di ketinggian tetapi tempat ini mudah diakses kok, banyak pengunjung yang datang menjelang malam. Hanya untuk sekadar menikmati secangkir kopi sembari menikmati langit men-jingga yang membias di sudut cakrawala.
Menurutku ada dua keindahan di tempat ini; pertama, kita bisa menikmati langit yang berwarna jingga. Kedua, kita juga bisa menikmati gemerlap nya lampu pemukiman warga. Kayak ribuan kunang-kunang mungil.
Maka sudah tidak heran lagi, menjelang malam Waja kopi selalu dipenuhi oleh muda-mudi hanya untuk sekadar bercengkrama dengan gemintang.
Ada rasa yang ingin kusampaikan seutuhnya—melalui secangkir kopi; aku rindu padanya.
Posting Komentar