Kupikir ini hanyalah sebuah wacana yang berujung kecewa. Namun ternyata ini benar-benar nyata, mereka bukan konseptor omong kosong!
Bagiku, nge-camp ini baru pertama kali seumur hidup. Sebuah pengalaman yang membuatku candu, dan, tentu, rindu. Entahlah, akhir-akhir ini aku merasa bebas petualang kemanapun.
Aku, lebih berani melangkah, seberat apapun, sesulit apapun medan yang akan kulalui nanti. Menurutku, hidup ini sempit apabila kita hanya memikirkan hal-hal yang gak penting-penting amat.
Seperti pacar, malu karena jomblo, lelah dalam hidup, dan mungkin sesuatu yang tidak ada. Kiranya aku lebih nyaman dengan diri sendiri, self love. Ya, aku lebih mencintai diri sendiri ketimbang mereka yang mencintai—yang ujung-ujungnya pergi juga.
Berangkat dari ingin menyapa pagi, aku bersama keenam teman-temanku berekspedisi melakukan sesuatu yang luar biasa (Bagiku, entah mereka). Kami rehat sejenak dari hiruk-pikuk. Bolehkan jika kami istirahat sejenak, sebelum semuanya kembali lagi; luka, ngerjakan tugas kuliah, mengharapkan yang tidak pasti atau merindukan seseorang yang dirinya tidak rindu.
Setelah semuanya siap, kami pun meluncur pukul 15:15 menggunakan sepeda motor yang berjalan secara beriringan. Sedikit kesal sih, secara tiba-tiba butir air turun secara masal dari arah langit.
Wajah yang sedikit di poles bedak harus luntur belepotan. Belum lagi, baju yang udah di semprot minyak wangi dan disetrika harus basah.
Namun, aku tetap bersyukur, karena hujan adalah sesuatu hal yang dirindukan para petani. Yap, untuk ladangnya.
Setiba di Sukageuri View semilir menyentuh wajahku yang sedikit kuyup. Dingin menerpa, ah, kubiarkan saja semilir memeluk.
Sudut wisata ini paling eksotis tapi murah, menurutku. Kamu hanya perlu membayar Rp. 15.000, loket pembayaran berada setelah pintu gerbang masuk.
Jangan takut, di sini aman, kendaraan yang kamu bawa ditempatkan di parkiran yang luas. Pun ada beberapa kamar mandi jika kamu kebelet pipis.
Ada beberapa spot foto yang terbuat dari bambu. Biasanya, ini digunakan oleh pemburu sunrise. Pun gazebo ruang hangat berdiskusi. Hmmm
Buat kamu yang berada di luar Kuningan, Sukageuri View terletak di lereng gunung Ciremai. Tepatnya di desa Palutungan. Kamu hanya perlu mengaktifkan Google maps lalu tekan petunjuk jalan.
Sayangnya, tatkala malam pemandangan rumah penduduk tak jelas terlihat ini karena kabut nakal yang menutupi hampir seluruhnya. Wajar sih, musim hujan memang seperti ini. Padahal, aku pengin sekali menyaksikan gemerlap lampu-lampu mungil.
Sebagian temanku tengah sibuk mendirikan tenda. Sementara aku hanya terpaku akan keindahan alam ini. Sesekali tertegun, kecil sekali manusia ketimbang egonya.
Baca Juga: Adinda: Keliru
Meskipun sedari malam hanya merasakan kecewa, tetapi aku merasa puas. Bagaimana pagi dengan dewasanya menyambut kami. Bukit-bukit yang tadinya tidak terlihat, pagi itu, berdiri kokoh memandangi kami.
Alam yang terbentang luas, aku yakin, ini hadiah dari Tuhan. Pun mentari yang baru saja datang menunjukkan keindahannya. Di musim hujan ini rumput-rumput kembali hijau. Ketika musim kemarau sih, di sini gersang rumput pun menguning, banyak debu berterbangan, panas pula.
Ya begitu, setiap apapun di muka bumi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Demi pagi aku rela apapun. Dia setia, tatkala datang membawa kabar gembira dan pulang pun menitipkan senja. Romantis. Tepat waktu kalau berjanji. Aku ingin dirinya selalu ada, menemaniku, memelukku dengan cahayanya yang hangat.
“Kamu harus kuat”. Kata pagi
Aku merasa tenang, di sini. Bolehkah aku berlama-lama? Tetapi hatiku merasa sepi, kedua tangan yang biasa menimang kini telah hilang mengenang.
Posting Komentar