Ad Under Header
Parallax Ad

Mengulas Peninggalan Masyarakat Prasejarah di Desa Susukan

Batu Yoni Desa Susukan.
(Foto: Dokumentasi Majalah Kuningan)
Berukuran 51 x 51 x 54 cm.
Tutup di atasnya berukuran 29 x 26 x 16.
Batu yoni yang berada di desa Susukan kabupaten Kuningan ini merupakan salah satu dari peninggalan masyarakat prasejarah. Tidak ada bukti yang kuat mengenai 'di zaman siapa' peninggalan ini dibuat. Namun, jika kita melihat sejarah mengenai kerajaan yang memerintah di masa itu hanya ada tiga kerajaan; Kerajaan Kuningan, Kerajaan Kajaron dan Kerajaan Kalanggara. Dari buku Sejarah Kerajaan Di Jawa Barat menyebutkan bahwa raja-raja yang memerintah ini merupakan orang-orang pegangan atau andalan Rahyang Sempakwaja penguasa kerajaan Galunggung. Ketiga raja itu disebut Tri Tunggal.

Kerajaan kecil yang berada di Kuningan ini menurut buku di atas diduga bekas pecahan kerajaan tertua dan terbesar di Jawa Barat yaitu Tarumanegara dengan rajanya yang terkenal Purnawarman. Ia menjadi raja ke tiga yang memerintah dalam kurun waktu 317 sampai dengan 356 Saka atau 395 sampai dengan 434 Masehi. 

Setelah saya menulusuri gang-gang jalan (Sempat tersesat) selama dua jam lebih hanya berkutat di Google maps, akhirnya saya bertemu juga dengan tempat batu Yoni berada. Sebenarnya Google maps saya gunakan hanya untuk mencari jalan saja. Lebih detailnya-mengenai tempat batu Yoni itu, saya bertanya kepada masyarakat setempat. 

Ketika menanyakan tentang 'Batu yoni' rupanya masyarakat tidak mengenalnya, masyarakat sekitar lebih mengenal nama batu itu dengan sebutan ' Batu Cupu'. Iya, karena dari bentuknya yang dianggap sebagai wadah atau tempat menyimpan barang. 'Cupu' dalam bahasa Sunda memiliki arti 'Wadah' atau tempat kecil.

Menurut sebagian masyarakat sekitar, banyak orang yang datang untuk mengambil harta-benda di dalamnya melalui ritual gaib. Harta itu diambil tidak dengan cara yang sembarangan, ada ritual-ritual tertentu. Padahal, di zaman dulu batu yoni ini digunakan sebagai simbol kesuburan apabila batu tersebut diletakkan di dekat lahan pertanian.

Pada masa perkembangan Hindu, batu yoni adalah simbol dari istri Dewa Siwa yaitu Dewi Parvati. Batu ini menyerupai alat kelamin wanita (Vagina) sebagai simbol kesuburan. Di masa itu pula, biasanya, batu yoni berpasangan dengan batu lingga. Sementara batu lingga sendiri menyerupai alat kelamin laki-laki (Phallus) simbol dari Dewa Siwa.

Bersatunya batu lingga dan yoni adalah diibaratkan bertemunya antara laki-laki dan perempuan yang merupakan lambang kesuburan, sehingga muncul kehidupan baru atau kelahiran. Oleh karena itu, pemujaan akan batu lingga dan yoni merupakan bersatunya Dewa Siwa dan Dewi Parvati dianggap memiliki berkah menurut masyarakat prasejarah. Maka masyarakat dulu menyimpan kedua batu ini di dekat lahan pertanian agar apa yang ditanam tumbuh subur.

Posting Komentar