Desa Garawangi merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Garawangi yang secara administrasi berbatasan dengan empat desa diantaranya; desa Purwasari, desa Pagundan, desa Tambakbaya dan desa Pakembangan. Desa Garawangi memiliki luas wilayah 224.347 H diatas ketinggian 500 mdpl dan beriklim tropis.
Desa kecil yang terkenal dengan sebutan 'Kampung Tahu Kuningan' ini pun memiliki cerita rakyat yang unik dan menarik. Mengapa?
Tentang 'Mengapa' nya bisa wargi simak cerita rakyat desa Garawangi di bawah ini
Cerita Rakyat Desa Garawangi
Foto: Situs Desa Garawangi |
"Pernah". Kata H. Kanta Kamis sembari mengulur-ngulurkan tasbihnya. Suatu ketika ada seorang tentara dari luar Jawa Barat bernama Waluyo. Singkat cerita, seorang tentara itu hendak kencing di sebuah batu yang berada di sebelah Barat alun-alun desa Garawangi. Sebelumnya ia diperingatkan oleh seorang warga "Ulah kiih didinya". Namun ia tak menggubris peringatan itu dengan memaksa lantas ia mengencingi batu tersebut.
Setelah beres kencing, ia didatangi oleh seorang putri yang cantik jelita. Waluyo langsung jatuh cinta ia pun mengejar-ngejar putri itu sampai tidak sadarkan diri (Karena lelah). Teman-temannya dari kalangan tentara dibantu oleh warga setempat turut turun tangan mencari Waluyo (Dalam benak mereka takutnya Waluyo diculik oleh tentara Belanda). Setelah mencari kesana-kemari tidak ditemukan, akhirnya, Waluyo ditemukan tergeletak di dalam petak sawah.
Setelah Waluyo sadarkan diri, ia bercerita panjang lebar kepada mereka yang tadi mencarinya. Kemudian, salah satu warga berkata bahwa yang dikejar Waluyo bukanlah seorang wanita biasa ia adalah wanita siluman bernama Siti Gandawangi.
"Siti Gandawangi gaduh piaraan, ngaran na Si Ragug". Kata H. Kanta Kamis kepada Majalah Kuningan.
Ia juga menambahkan, Si Ragug adalah seekor anjing besar dari bangsa Siluman tapi meski pun seekor anjing yang berasal dari bangsa Siluman ia selalu diikuti oleh puluhan anjing biasa. Masyarakat zaman baheula tatkala melihat kumpulan anjing menggonggong atau hanya sekadar melintas di depan rumah, mereka meyakini bahwa ada Si Ragug datang.
Batu yang tadi dikencingi oleh Waluyo, usut punya usut batu itu merupakan tempat Si Ragug peliharaan Siti Gandawangi. Jadi, ketika Siti Gandawangi menampakkan diri ke si Waluyo merupakan sebuah peringatan kepada dirinya maupun ke teman-temannya bahwa jangan sesekali lagi buang air kecil di tempat sembarangan.
"Lamun Siti Gandawangi datang ke Garawangi eta teh peringatan bahwa bade aya sebuah bencana atawa marabahaya". Tambahnya.
Siti Gandawangi selalu memperingatkan kepada masyarakat Garawangi ketika koloni Belanda datang. Sehingga para pamong (Kepala desa) desa akan menyebarluaskan berita peringatan tersebut ke masyarakat luas agar tetap berada di rumah dan berhati-hati. Namun, seperti yang telah saya katakan diatas, kehadiran Siti Gandawangi hanya terlihat oleh orang-orang yang memiliki ilmu batin.
"Geuning pamong-pamong baheula mah sok belajar elmu nu kitu jang ngalawan Walanda".
Masyarakat biasa atau orang yang tidak memiliki ilmu batin hanya akan mencium bau harum dari Siti Gandawangi.
Baca Juga:
Cerita Rakyat Desa Maleber: Ketika Raksasa meminang ratu cantik jelita
Kisah Penari Kuningan: Cantik itu luka
Menurut cerita dari orang-orang zaman dulu, Siti Gandawangi memiliki sahabat bernama Siti Gandasari yang bertempat di desa Purwasari. Nantikan cerita tentang Siti Gandasari, jangan lupa ikuti kami melalui email. Kami akan mengabarkan masa lalu Kuningan secara detail.
Baca Juga:
Cerita Rakyat Desa Maleber: Ketika Raksasa meminang ratu cantik jelita
Kisah Penari Kuningan: Cantik itu luka
Menurut cerita dari orang-orang zaman dulu, Siti Gandawangi memiliki sahabat bernama Siti Gandasari yang bertempat di desa Purwasari. Nantikan cerita tentang Siti Gandasari, jangan lupa ikuti kami melalui email. Kami akan mengabarkan masa lalu Kuningan secara detail.
Posting Komentar