Ad Under Header
Parallax Ad

Gunung Ciremai: Erupsi Dan Gempa Dari Tahun 1698-2019

Perjalanan panjang gunung yang berada di kabupaten Kuningan dimulai dari generasi pertama yaitu gunung api di zaman Plistosen, kedua gunung api generasi Gegerhalang dan ketiga gunung Ciremai itu sendiri yang tumbuh sekitar 7000 tahun silam di zaman holosen. Seperti yang telah kita ketahui, sejarah mencatat awal letusan gunung Ciremai terjadi pada 3 Februari 1698 yang mengakibatkan naiknya air di sungai-sungai sehingga menyebabkan korban jiwa. Kemudian disusul pada tahun 11-12 Agustus tahun 1772, 1775 dan pada bulan April 1805. Periode ini merupakan periode terpendek letusan gunung Ciremai.

Gunung Ciremai: Erupsi Dan Gempa Dari Tahun 1698-2019
Erupsi Gunung Ciremai tahun 1937-1938
Foto: Dishut Jabar dan KITLV
Setelah istirahat cukup panjang selama 112 tahun, pada 24 Juni 1937 hingga 7 Januari 1938 gunung Ciremai kembali meletus. Letusan besar ini berupa letusan freatik yaitu adanya kontak antara air dengan magma dari kawah yang berada dipuncak gunung dan celah-celah radial di dalam gunung. Abu vulkanik yang dilontarkan oleh gunung tersebut tercatat mencapai daerah seluas 52.500 kilometer bujursangkar. Namun tidak ada korban jiwa dan kerusakan berat akibat dari letusan ini.

Gunung Ciremai memiliki 2 kawah ganda

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Terlihat dari jauh gunung Ciremai seperti hanya memiliki satu kawah yang berada di puncaknya. Namun apabila kita telisik dari atas ketinggian ternyata gunung Ciremai memiliki dua kawah ganda sekaligus. Seperti gambar di atas, jika tidak ditambahkan tanda berwarna putih kita tidak bisa melihat dua kawah ganda tersebut. Untuk lebih memahami letak dari kedua kawah itu dibuatlah tanda sebagai petunjuk untuk melihat dua kawah ganda itu. 

Kawah pertama terletak di sebelah Barat yang terbentuk pada tahun 1698. Kawah pertama ini berbentuk setengah lingkaran yang terpotong oleh kawah di sebelah Timur. Di kawah Barat ini juga ada dua bukit lava tertinggi. Pertama, bukit ini dikenal dengan sebutan Sunan Cirebon yang merupakan titik tertinggi dari gunung Ciremai yaitu 3078 mdpl. Kedua, bukit Pangeran Talaga dengan ketinggian 3058 mdpl. 

Awalnya gunung Ciremai memiliki satu kawah yang berada di sebelah barat tapi setelah erupsi uap belerang dan tembusan bualan gas (Fumarola) baru di dinding kawah pusat pada tahun 1924 maka terbentuklah kawah di sebelah Timur. Bualan gas dan uap atau Fumarola ini membumbung tinggi dengan kekuatan tertentu disertai dengan suara yang menggelegar.

Kawah Timur tergolong kawah baru yang hingga saat ini menjadi pusat aktivitas vulkanologi di gunung Ciremai. Sama halnya dengan kawah di sebelah Barat, kawah yang berada di sebelah Timur juga memiliki dua bukit lava yang disebut Lawang Gede dan Sunan Mataram di ketinggian 3046 mdpl. Di bawah kawah Timur terdapat struktur kawah yang biasa disebut Goa Walet. Terbentuknya Goa Walet terjadi pada tahun 1917 akibat dari erupsi di samping gunung Ciremai. Goa Walet ini berada diketinggian 2950 mdpl.

Gempa tektonik di gunung Ciremai

Setelah letusan besar yang terjadi pada tahun 1938 yang membentuk kawah Timur akibat dari Fumarola, letusan tidak terjadi lagi selama 61 tahun lamanya. Setelah masa peristirahatan itu,  pada tahun 1947, 1955 dan 1973 telah terjadi gempa tektonik di yang melanda sebagian wilayah gunung Ciremai. Gempa itu diduga akibat adanya struktur sesar aktif yang melintas di wilayah gunung Ciremai.

Baca Juga:


Gempa tektonik juga terjadi pada tahun 1990 dan 2001 yang mengakibatkan rusaknya beberapa bangunan di daerah Maja dan Talaga hingga getarannya sampai ke daerah Cilimus kabupaten Kuningan. Masih mengenai gempa tektonik, pada tanggal 8 Februari 2018 dan 25 Juni 2019 gempa  serupa pernah melanda daerah Kuningan dan Majalengka dengan masing-masing kekuatan 3,1 SR dan 2,6 SR.

Dari kedua gempa ini dipicu oleh adanya aktivitas sesar Baribis di segmen Ciremai. Sesar Baribis adalah sesar aktif dan merupakan sesar terpanjang di pulau Jawa.

Posting Komentar