Ilustrasi gambar oleh Pixabay |
Setiap hal indah selalu memiliki banyak penikmat
Bentang alam yang landai dari hulu ke hilir menjadikan kabupaten Kuningan memiliki banyak jenis tanah yang beragam. Ada sekitar tujuh jenis yang tersebar di sudut-sudut desa. Tentu, hal ini akan memengaruhi jenis tanaman yang tumbuh di atasnya. Dari perbedaan jenis tanaman ini menjadikan kabupaten Kuningan memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Misalnya, desa Cilimus yang dapat menghasilkan ubi berkualitas hingga penikmatnya sampai ke luar kota. Kita bisa melihat para petani yang berada di ketinggian atau berada di lereng gunung menanam buah-buahan dan sayuran, karena memang jenis tanahnya mendukung. Begitu sebaliknya, jenis tanah yang bukan berada di atas ketinggian (Wilayah Kuningan Timur) tidak cocok ditanami berbagai macam sayuran.
Sebagai Infomasi, dalam sebuah jurnal menyebutkan bahwa mayoritas masyarakat Kuningan Timur itu kebanyakan berdagang dan merantau. Hal ini bisa kita buktikan dari angka pemudik di tengah pandemi hampir semua masyarakat yang mudik berasal dari wilayah Kuningan Timur. Berbeda dengan masyarakat yang berada di atas ketinggian kebanyakan dari mereka lebih memilih bertani.
Bentang alam yang luas dengan jenis tanah yang luwes ini pun tidak hanya digunakan untuk menanam beragam jenis tumbuhan saja. Dari banyaknya bukit-bukit, air terjun, hutan-hutan dan keindahan Gunung Ciremai sendiri menjadi daya tarik seluruh umat manusia. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi pihak tertentu dan masyarakat itu sendiri dengan cara membuka objek wisata. Terhitung dari tahun 2010 sampai 2019 tingkat wisatawan yang berkunjung ke kabupaten Kuningan mengalami lonjakan secara signifikan. Di lansir dari portal berita lokal Kuninganmass.com, tercatat bahwa pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung berjumlah 1.502.241, 2011 berjumlah 1.654.381, 2012 berjumlah 1.764.702, 2013 berjumlah 1.788.329, 2014 berjumlah 1.836.407, 2015 berjumlah 2.752.852, 2016 berjumlah 3.066.376, 2017 berjumlah 3.071.635, 2018 berjumlah 4.002.124 dan terakhir pada tahun 2019 berjumlah 4.735.410 orang.
Tabel:
No | Tahun | Jumlah |
1 | 2010 | 1.502.241 |
2 | 2011 | 1.654.381 |
3 | 2012 | 1.764.702 |
4 | 2013 | 1.788.329 |
5 | 2014 | 1.836.407 |
6 | 2015 | 2.752.852 |
7 | 2016 | 3.066.376 |
8 | 2017 | 3.071.635 |
9 | 2018 | 4.002.124 |
10 | 2019 | 4.735.410 |
tempat wisata.
Kemudian, kabupaten Kuningan juga tidak hanya memiliki keragaman dari jenis tanah dan objek wisata saja. Ada puluhan seni budaya, Agama dan sejarah-sejarah yang hingga saat ini masih banyak yang belum terungkap secara eksplisit. Misal, batu naga yang berada di Gunung Tilu meskipun telah diteliti akan tetapi belum sepenuhnya teruji. Terkait hari jadi kabupaten Kuningan pun masih memiliki polemik. Dan terakhir, penerus kepemimpinan Pangeran Kuningan yang belum jelas. Untuk gunung Ciremai sendiri memiliki berbagai spesies hewan, tumbuhan dan yang paling banyak dilirik oleh perusahaan besar adalah energi panas bumi.
Meskipun kabupaten terbilang kecil tapi memiliki kekayaan yang sangat melimpah sekali. Masih pantas sebagai kabupaten termiskin?
Yang menjadi pertanyaan, "Apakah mungkin kabupaten sekaya ini dibiarkan begitu saja?". Tentu, tidak bukan?
Lalu, siapa itu kapitalis?
Di sadur dari pengertian yang dikemukakan oleh ilmuwan dunia yaitu Karl Marx bahwa kapitalisme itu adalah suatu sistem yang dimana harga barang dan kebijakan pasar ditentukan oleh pemilik modal dengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Misalnya, dalam skala kecil, Anda adalah seorang pedagang siomay. "Apakah Anda melabeli siomay yang Anda jual mengikuti aturan pemerintah?". Tentu, tidak, bukan? Anda lah yang berkuasa penuh atas semua dagangan yang Anda jual termasuk harga guna mendapatkan keuntungan yang ingin Anda capai.
Secara tidak sadar semua pedagang yang ada di jalanan atau di tempat lainnya adalah pemeluk ideologi kapitalisme. Merekalah yang memiliki hak penuh atas semua aset yang dimilikinya. Saya tanya "Apakah Anda sadar plastik yang Anda gunakan untuk membungkus makanan atau barang dipastikan tidak mencemari lingkungan?". Atau. "Tempat yang Anda singgahi untuk berdagang tidak merusak lingkungan?". Artinya, semua orang yang berkecimpung di dunia ekonomi menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan "Nu penting mah payu" memiliki arti bahwa apapun dampaknya--yang harus dituju adalah kelarisan barang dagangan tidak peduli apapun dengan dampaknya.
Kita juga tidak jarang mendengar kasus green criminology atau penebang pohon ilegal di hutan-hutan yang berada di kabupaten Kuningan. Cara untuk mendapatkan uang sangatlah leluasa, apalagi, jika dilakukan oleh para pemilik modal--hal apapun bisa dilakukan.
Ya, memang tepat. Pemilik modal dapat menguasai ekonomi secara leluasa. Namun, sayangnya ideologi kapitalisme ini selalu dikaitkan dengan pihak pemerintah yang notabene memegang wewenang kebijakan di wilayahnya. Banyak bukti yang bisa kita lihat dilingkungan sekitar, salah satunya berita dengan judul "Begini tanggapan Plt Kadistan soal Lahan Pertanian di Kuningan Makin Menyusut" yang dilansir dari radarcirebon.com, kepala Dinas Pertanian dan Perikanan kabupaten Kuningan mengatakan bahwa "...Susutnya pertanian bukan murni kesalahan pemerintah". Lantas Dodi Nurochmatuddin melanjutkan "...Pemerintah tidak bisa melarang masyarakat untuk tidak menjualnya. Alih fungsi lahan dari sawah menjadi pertokoan itu dilakukan oleh pemilik tanah".
Terlalu jauh jika kita hanya melihat hal-hal besar tanpa memedulikan hal-hal kecil disekitar kita terkait dengan ideologi kapitalisme ini. Seperti yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam Kuningan yang melakukan demo terkait dengan perubahan status Gunung Ciremai. Pada intinya mereka tidak setuju dengan perubahan status gunung tersebut dari TNGC menjadi TAHURA yang dikhawatirkan akan meningkatnya objek-objek wisata baru. Dimana setelah objek wisata baru itu tumbuh bak jamur akan berdampak pada rusaknya lingkungan. Di dalam aksinya, mereka juga menyinggung pemerintah dengan cara mengumpulkan uang koin untuk PAD.
Terakhir, kenapa Kuningan dalam bayang-bayang kapitalis?
Melihat dari berbagai potensi dan letak Kuningan yang strategis ini dapat merangsang pihak atau orang yang memiliki banyak modal untuk berkecimpung di dunia ekonomi kabupaten Kuningan. Di tambah lagi dengan hadirnya kemajuan teknologi maka akan semakin merangsang para pemilik modal untuk menggelontorkan atau menanam modalnya. Melihat potensi ini, mereka pastinya tidak pikir-pikir dalam berinvestasi. Namun harus ditahui, di kabupaten Kuningan sendiri telah terjadi 2 kali krisis ekonomi dan yang paling terdampak adalah sektor pariwisata. Pertama, krisis terjadi di tahun 98. Kedua, kiris terjadi di tengah pandemi ini. Harus diingat, setiap kesempitan selalu memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini terbukti dari berdirinya salah satu hotel di kabupaten Kuningan. Dimana dulu, hotel tersebut didirikan di tengah krisis moneter pada tahun 98 tapi buktinya hotel tersebut berdiri sampai sekarang.
Apa yang menjadi jawaban pertanyaan di atas?
Jawaban singkatnya karena potensi yang dimiliki oleh kabupaten Kuningan sangatlah melimpah. Mulai dari gunung Ciremai yang memiliki energi panas bumi. Objek wisata alam dengan keindahannya yang unik dan letak geografisnya yang strategis sehingga memudahkan para wisatawan untuk berkunjung ke kabupaten Kuningan. Semakin baik dari segi kualitas dan kuantitas serta insfratruktur yang memadai maka akan semakin memudahkan pengunjung berdatangan. Hal inilah yang sangat diharapkan oleh investor karena dapat meraih keuntungan yang besar. Daya tarik tidak hanya objek alam dan budaya saja, peran sosial media pun dapat dijadikan tulang punggung untuk meraih pengunjung sebanyak-banyaknya. Dengan menyebarkan foto yang kece di sosial media maka orang akan bertanya-tanya "Dimana sih ini?".
Apalagi, setelah ada Bandara di kabupaten Majalengka, kereta api di Cirebon dan jalan Tol Cikopo-Palimanan semakin memudahkan orang dari luar Kuningan bahkan luar negara berkunjung ke kabupaten Kuningan. Dari lengkapnya daya pendukung dan potensi yang dimiliki membuat sekelompok orang yang mengerti tergiur akan kesempurnaan yang dimiliki oleh kabupaten Kuningan. Meskipun semua objek wisata yang berada di kabupaten Kuningan masih dalam tahap perkembangan tetapi dalam puncaknya yaitu pada tahun 2024 (Sesuai visi-misi Bupati) bisa mencapai puncak maksimal. Demi mencapai puncak itu pemerintah kabupaten Kuningan berkali-kali mengadakan acara dalam upaya mempromosikan potensi-potensi yang ada ke tingkat dunia.
Apakah ini adalah nada pesimistis? Tergantung dari cara Anda menilainya?
Saya hanya melihat secara realita saja banyak sawah-sawah yang berubah menjadi perumahan diakhir-akhir ini mengartikan bahwa orang yang memiliki modal sangatlah berkuasa. Alasannya "bisnis" semata.
Posting Komentar