Ad Under Header
Parallax Ad

Tapak Jejak Mantan Bupati Kuningan Arifin Setiamihardja

Arifin, begitu nama panggilan yang kerap dikenal masyarakat luas. Mantan bupati Kuningan ke 21 ini memiliki nama lengkap Drs. H. Arifin Setiamihardja, M.M. Salah satu tokoh kabupaten Kuningan yang mengisi keutuhan terciptanya buku Apa Siapa Orang Sunda yang di edit oleh Sastrawan asal Majalengka, Ajip Rosidi. Bagi organisasi Aktivitas Anak Rimba atau AKAR, Arifin Setiamihardja, merupakan orang yang paling diingat. Sebab, dimasa kepemimpinannya AKAR berdiri tegak menjadi sebuah organisasi yang merawat alam secara utuh.

Tapak Jejak Mantan Bupati Kuningan Arifin Setiamihardja
Drs. H. Arifin Setiamihardja, M.M
Ia lahir di Cirahayu, Luragung, Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 Juni 1947 dari pasangan D. Setiamihardja dan Utiah. Sebagai orang yang berasal dari bumi Kuningan, Arifin kecil menghabiskan masa anak-anak di kampung halamannya yaitu Cirahayu Luragung. Ketika umurnya menginjak usia yang cukup, lantas ia mulai mengenyam pendidikan di SDN desa Cirahayu Kuningan. Menginjak usia remaja ia melanjutkan pendidikannya di SMPN Luragung hingga SMA di SMAN Kuningan.

Arifin lahir dan dibesarkan di tanah Kuningan tetapi setelah lulus dari SMA tahun 1966, ia harus meninggalkan sejenak kampung halamannya ke kota Bandung untuk menempuh pendidikan di Akademi Pendidikan Dalam Negeri atau APDN (Sekarang Institut Pendidikan Dalam Negeri atau IPDN). Setelah lulus dari APDN pada tahun 1969, ia bertugas di pemerintahan daerah menjadi staf biasa dan menjadi Mantri Pamong Praja di Kec. Garawangi. Masing-masing, tugas itu ia emban selama dua tahun lamanya. 

Jejak karirnya tak berhenti disitu, orang yang pernah menjadi ketua yayasan Universitas Kuningan (UNIKU) ini pun, pernah menjadi camat di kecamatan Ciniru pada tahun 1974 selama 6 bulan lamanya. Meski sebentar dalam kepemimpinannya, tapi ia mampu melunasi PBB kecamatan Ciniru paling dahulu diantara ribuan kecamatan di Indonesia, juara lomba desa, mengumpulkan zakat fitrah dan pembina KB. Tak ayal, berkat prestasi yang dimilikinya, Bupati kala itu, memindahkan Arifin ke kecamatan Cilimus untuk menjadi camat. Di tengah menjadi camat selama 7 tahun lamanya, ia menyelesaikan S-1 Administrasi Negara di STIA-LAN RI. Ia memperoleh gelar MM tatkala ia menjadi ketua Beppeda kabupaten Kuningan.

Perjuangan yang tak pernah usai dari masa muda hingga masa tuanya, bisa dikatakan, Arifin--mencapai titik puncaknya yaitu menjadi bupati Kuningan merupakan perjuangan dimulai dari bawah. Ia pernah bertugas setingkat camat dan staf biasa di pemda. Di sadur dalam buku yang sama "Agaknya, hidup, bagi Arifin adalah sebuah pengabdian kepada tanah kelahirannya sendiri yaitu kabupaten Kuningan".

Arifin dikenal sebagai bupati (1998-2003) yang dekat dengan bawahan dan masyarakat. Dalam masa kepemimpinannya ia rutin menggelar pengajian malam Jum'at di Pendopo Kuningan. Setelah menggelar pengajian, ia akan melanjutkan dengan dialog bersama dengan masyarakat. "Melalui dialog inilah suara rakyat yang sebenarnya tersampaikan". Ungkap bupati yang pernah mendapatkan piagam penghargaan pengelola KB teladan dari Mendagri tahun 1989.

Baca Juga:
Setelah masa kepemimpinannya berakhir pada tahun 2003, dilansir dari Koran Tempo, Arifin Setiamihardja pernah menjadi bupati sementara. Kala itu, bupati dan wakil bupati terpilih, Aang Hamid Suganda dan Aan Suharso mengalami penundaan pelantikan. "Meskipun Arifin ditunjuk sebagai bupati Kuningan sementara, ia tidak diperkenankan untuk melakukan kebijakan yang prinsip dan strategis". Kata Kepala Sub Bagian Humas dan protokol DPRD Kab. Kuningan, Andi Mursyid, kepada Koran Tempo.

Posting Komentar