Ad Under Header
Parallax Ad

Cerita Si Kembar Membuka Usaha Kuliner Waroeng Teteh Kembar

Cerita Si Kembar Membuka Usaha Kuliner Waroeng Teteh Kembar

"Teh, seblaknya dua," Kata salah satu pelanggan berkerudung putih menyeruak ke dalam kerumunan para pembeli. 

"Yang satu pedesnya dua sendok. Enggak pake kerupuk. Airnya sedikit. Mienya jangan terlalu banyak ya. Pake kaki ayam. Sama satu lagi teh, sayur kolnya jangan terlalu banyak ya."

"Bawel amat sih," temannya menepuk bahu wanita berkerudung putih tadi, "Punya aku mah biasa aja, Teh."

Anida hanya tersenyum.

Itulah keseharian Anida dan Anita. Hampir setiap hari penuh ia melayani para pelanggan yang datang dari pelbagai desa. Bisnis kuliner yang dirintisnya sejak lulus SMA itu berawal dari rasa 'bosan' dirinya dengan kuliner yang biasa ia beli.

"Pas lulus SMA pertengahan tahun 2018, Nida tuh pengen makan yang pedes-pedes. Tapi Nida bosen kalau beli seblak lagi-bakso lagi," Kata Nida menjelaskan awal mula membangun Waroeng Kembar.

Tiba-tiba dari sana, aku terpikir, gimana kalau buat sendiri-masak sendiri. Mungkin, hasilnya akan lebih baik dari yang biasa aku beli. Ya, minimal bedalah, terkanya. Tanpa banyak pertanyaan 'gimana  kalau enggak enak', Nida segera beranjak dari pikirannya menuju dapur.

Ceritanya aku mau buat ayam mercon tapi hanya menggunakan bahan-bahan yang ada di dapur tanpa menambah atau membeli bahan-bahan lainnya. Aku kira, rasanya akan membuat kakak lelaki aku memuntahkan apa yang aku masah. Eh, ternyata kakak lelaki aku malah suka pisan sama ayam mercon yang aku buat. Katanya, "enak banget."

Mendengar pujian dari kakak lelaki aku, aku enggak langsung mempercayainya. Maksudnya, biasanya, kan, kakak itu suka bohong hanya karena tidak ingin melihat adiknya sakit hati atau patah semangat ketika hal-hal yang dibuat adiknya itu gagal atau emang enggak bagus.
...kakak itu suka bohong hanya karena tidak ingin melihat adiknya sakit hati atau patah semangat ketika hal-hal yang dibuat adiknya itu gagal atau emang enggak bagus
Merasa enggak percaya, aku ingin membuktikan sendiri, 'apakah bener masakan yang aku buat itu enak'. Untuk membuktikannya, aku mengunggah masakan yang aku buat ke media sosial. Setelah aku unggah, eh, malah banyak yang penasaran dengan rasanya.

Melihat antusias pengikut media sosialku, esoknya, aku unggah lagi masakan itu dengan memasang harga. Kalau enggak salah, dulu, aku kasih harga 5.000 per pcs. Setelah diposting, aku kira tidak akan ada orang yang komen atau beli. Tak dinyana, ternyata, banyak banget yang order. Dari sanalah aku mulai semangat jualannya, jelas Nida berbinar-binar.

Sejak awal kami buka, entah karena rasanya yang enak atau apa, pembeli selalu datang membeludak. Awal-awal buka, aku dan Anita, bisa neghasilin keuntungan sebesar 300 ribu per hari. Semakin kesini, pembeli semakin banyak. Dan, keuntungan pun semakin banyak pula. Tapi, kan, ya, yang namanya jualan itu enggak selalu mulus.

Kenapa nama usaha kulinernya 'Waroeng Kembar', enggak pake bahasa Inggris gitu biar keren. Sekarang, kan, musimnya begitu.

Enggak tau ya, aku enggak kepikiran buat namain usaha kuliner aku pake bahasa Inggris. Aku, namain Waroeng Kembar, karena aku punya saudara kembar, namanya Anita Rianjani. Ya, mungkin itu bisa membuat masyarakat mudah mengenal, ketimbang bahasa asing, kan? 

Selain itu, aku rasa, teman-teman yang datang ke sosial mediaku atau mungkin yang mengenalku, karena aku kembar, cantik pula. Nida tertawa pendek. Namun, yang lebih jelasnya, karena yang msak dan melayani pelanggan itu kami berdua, yakni Anida sama Anita.


Tapi, Kak. usaha Nida dan Anita sempet berhenti tahun 2019. Kenapa?

Waktu itu kami berdua dilema, apakah harus kuliah atau melanjutkan usaha kuliner ini. Sempet tanya-tanya sih, minta pendapat, terutama ke orangtua, kan ya. Enggak tau tuh berapa lama kami dilanda dilema, merasa serba-salah gitu. 

Setelah mempertimbangkan, memilah, dan memperhatikan pelbagai pendapat dari temen-temen dan orangtua. Dan, tentu, lebih memperjelas keinginan hati ini dengan sholat istikharah. Akhirnya, kami berdua memutuskan melanjutkan pendidikan ke salah satu Universitas Swasta di Jakarta dengan mengambil Fakultas Ekonomi.

Keputusan itu sudah bulat. Akhirnya, kami memberhentikan usaha kuliner itu kurang-lebih selama satu tahun pada tahun 2019.

Corona melanda, kami, mulai buka

Sejak isu virus corona mulai menyerang Indonesia, membuat seluruh mahasiswa yang kuliah di luar kota harus mudik atau pulang kampung, termasuk kami berdua. Tidak ada kepastian ya, kapan akan mulai kembali ke kampus.

Hidup selalu memberi kejutan-kejutan yang tak terduga

Ditengah ketidakpastian inilah, kami, memanfaatkan waktu untuk membuka usaha kuliner kami yang cukup lama berhenti. Kami, juga membuka lahan untuk tempat duduk para pelanggan. Konsep awal emang hanya Ayam Mercon tapi pas kesini aku tambahin beberapa makanan dan minuman. Mau liat? Nida mengambil ponsel. 

Nih,


Menunya:

Ready makanan/jajanan :
✔️ Mie ayam mercon
✔️ Kerang ijo saus tiram
✔️ Burger queen
✔️ Pizza sugoi
✔️ Sayap mercon
✔️ Bakso mercon
✔️ Roti kupang (kukus panggang)
✔️ Paha mercon
✔️ Lumpia mercon

Kalau disebutin satu-satu mah terlalu banyak, baca aja nih sendiri. Anida menyodorkan ponsel.


"Kakak, mau nyoba?"

"Mau, kopi item. Tapi yang buatnya....?"

"Aku?" Tutupnya tersenyum.

Bagi kalian yang mau order bisa hubungi langsung ke nomor dibawah ini :

📱087726607399
📱0895352827242

Posting Komentar