Flaza Kuningan (Foto: gudanginfo14) |
Patung kuda berwarna putih yang berdiri tegak di tengah-tengah taman kota itu diturunkan menggunakan Truck Buldozer Excavator berwarna kuning. Para pengendara sekilas melirik ke arah patung kuda yang tengah diturunkan.
Ada pula beberapa orang yang mengabadikan momen itu, menggunakan ponsel atau kamera, mereka mulai menahan lengannya dengan tujuan agar hasil video atau foto tidak rusak. Sesekali mereka berpindah tempat untuk melihat secara keseluruhan.
Para pekerja mulai mengerjakan proyek revitalisasi taman kota dan Masjid Syiarul Islam pada hari Jum'at [25/9/2020]. Biayanya mencapai Rp 14,3 miliar yang bersumber dari Pemprov Jabar.
Masyarakat Kuningan gembira mendengar taman kota akan direvitalisasi menjadi lebih bagus lagi. Namun, kenangan Plaza tak akan hilang dalam ingatan masyarakat Kuningan khususnya pada mereka yang usia mudanya tahun 80 hingga 90-an.
Dulu, taman kota menjadi pusat bermain masyarakat Kuningan dari pelbagai kalangan yang berkesan. Sebenarnya sekarang juga sama, taman kota menjadi pusat bermain, namun tidak memiliki cerita-cerita seindah seperti zaman dulu.
Hal yang paling diingat oleh masyarakat adalah tempat bernama Plaza. Ya, sebuah bioskop yang dimiliki Kuningan kala itu. Masih ingat putaran film India? Rhoma Irama? dan film barat lainnya. Pun, di dekat Plaza Kuningan juga ada tempat permainan ding-dong, tempat bermain billyard, tempat jualan poster pemain sepak bola dan tempat makanan.
Selain itu, zaman dulu, ada tempat yang menyewakan buku-buku bacaan terutama komik. Generasi dulu kayaknya gemar membaca ya?
Apalagi kalau mengingat kisah kasih klasik zaman dulu. Melansir tulisan dulu, malam Minggu adalah puncaknya. Banyak anak muda berkerumun; ada yang saling bergenggaman, ada yang sibuk dengan cerita temannya dan ada juga sebagian laki-laki yang sibuk mencari bunga mawarnya di pelataran halaman Plaza.
Mereka memakai celana model cutbray dengan kemeja bertangan pendek bermotif kotak-kotak. Lantas bajunya dimasukkan ke dalam celana. Rapi! Sebagian lagi ada yang model rambutnya belah dua tampak lurus dari sisi, dari depan terlihat potongan rambut itu memiliki ruang.
Para wanita saling menatap, ada yang saling erat menggenggam. Rambut pirangnya berkolaborasi dengan cahaya bulan yang redup. Sesekali rambut itu berjuntai mengikuti arah angin yang tiba-tiba saja datang. Badannya ramping, modeling dan dirasa nyaris sempurna. "Dasar, zaman baheula!".
Namun sayang, hal itu tidak bisa kembali lagi dirasakan. Plaza, ding-dong dan tempat komik dulu hanyalah menjadi untaian kata dalam cerita. Sebagus apapun penggantinya, kenangan tentang Plaza, takkan pernah terlupakan.
Posting Komentar