Ad Under Header
Parallax Ad

Mengenal 2 Penghuni Baru Langit Ciremai

Gunung Ciremai, yang tertinggi di tatar Pasundan ini kedatangan penghuni baru yang akan menguasai langit Ciremai. 

Menurut laman resmi TNGC, Penghuni baru tersebut terdiri dari dua ekor Elang ular bido (Spilornis cheela) dan dua ekor Elang brontok (Nisaetus cirrhatus).

Keempat ekor Elang ini yang berasal dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga yang terletak di Kabupaten Sukabumi, dan akan dilepasliarkan di kawasan TNGC.

Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan yang didampingi perwakilan tim monitoring Elang Jawa Taufikurohman dan Anjar Priyatna, serta anggota Resor pengelolaan lingkup SPTN Wilayah II Majalengka kegirangan. 

“Kedatangan raptor calon penghuni baru ekosistem gunung Ciremai disambut dengan sukacita.” Tulis Robi dalam laman resmi Balai TNGC. 

Masyarakat Kuningan pun turut berbangga. Salah satunya Ajat Subagja. Ia menulis di kolom komentar halaman FB TNGC, “Mantap..,” katanya. “setiap jenis burung [harus] dibudidayakan [agar] lebih indah, [dan] biar[kan] proses alam yang mengembang biakan..👍.”

Mengenal sedikit tentang Elang ular bido (Spilornis cheela) 

Di kutip dari Wikipedia, Elang ular bido (Spilornis cheela) adalah sejenis elang besar yang menyebar luas di Asia, mulai dari India di barat, Nepal, Srilanka, terus ke timur hingga Cina, ke selatan melintasi Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, kepulauan Sunda Besar, hingga ke Palawan di Filipina. Elang ini merupakan anggota suku Accipitridae.

Elang ini berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap, ini akan terlihat di saat ia terbang yang membentuk seperti garis yang tebal. Elang ini sangat berisik, ia akan mengeluarkan suara panggilan seperti ""Kiiiik"" amat panjang dan akan diakhiri dengan penekanan nada. 

Sayapnya menekuk ke atas (nyaris seperti elang jawa) dan ke depan, membentuk huruf C yang terlihat membusur.

Elang ular bido dewasa bagian atasnya berwarna coklat abu-abu tua. Bagian bawahnya coklat. Perut, sisi tubuh dan lambung memiliki bintik-bintik putih Pada ekornya, terdapat pula garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam. Jambul pendek dan lebar, berwarna hitam dan putih.

Sementara yang remajanya, mirip dewasa, tetapi lebih coklat dan memiliki banyak warna putih pada bulu. Iris berwarna kuning, paruh coklat abu-abu, kaki kuning.

Oleh sebagian pecinta burung pemangsa, Elang jenis ini dikenal sebagai Crested Serpent Eagle (CSE). 

Kenapa dinamakan Elang ular bido? 

Konon, kulit kaki dari elang ini mempunyai kekebalan terhadap bisa ular, karena itulah elang ini di sebut elang 'ular' karena mempunyai kekebalan terhadap bisa ular.

Mengenal sedikit Elang Brontok

Elang brontok memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan elang Jawa (Spizaetus bartelsi), elang gunung (Spizaetus alboniger), dan elang Wallace (Spizaetus nanus).

Elang jenis ini tersebar di wilayah yang luas, mulai dari kawasan Asia selatan di India dan Sri Lanka, tepi tenggara Himalaya, terus ke timur dan selatan melintasi Asia Tenggara hingga ke Indonesia dan Filipina.

Di Indonesia sendiri, burung ini tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Elang brontok hanya berpasangan di musim berbiak, dan di luar waktu-waktu tersebut sering ditemukan menjelajah sendirian di hutan-hutan terbuka, sabana dan padang rumput. Burung ini menyukai berburu di tempat terbuka dan menyerang mangsanya yang berupa reptil, burung atau mamalia kecil dari tempatnya bertengger di pohon kering atau dari udara. Tidak jarang burung ini merampok kawanan ayam di pedesaan.
Pada tahun 2018, tim TNGC berhasil mengabadikan persinggahan Elang jenis ini. Tempatnya di site Gunung Larang yang dimana tempat ini merupakan lokasi pengamatan untuk jenis-jenis burung pemangsa. 

Hasil temuan pada tahun 2018 merupakan hasil dari rangkaian panjang tim TNGC sejak 2013. Maka dari itu, dalam postingan Halaman FB TNGC berjudul “Elang Brontok Hadir Sebagai Kado Terindah” untuk ulang tahunnya yang ke-14.


Sumber: Balai TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai).

Posting Komentar