Ad Under Header
Parallax Ad

3 Anggapan Masyarakat Yang Tidak Harus Diikuti Oleh Wanita

3 Anggapan Masyarakat Yang Tidak Harus Diikuti Oleh Wanita
Source by pixabay/pixels

Banyak anggapan bahwa perempuan itu harus mengikuti apa yang telah menjadi kebiasaan di masyarakat.

Lantas hal ini pun menjadi norma yang berlaku dan harus ditaati oleh perempuan. Bagi mereka yang melanggar atau yang hidup tidak sesuai dengan kebiasaan wanita pada umumnya. Maka ia akan menjadi bahan olok-olok. 

Apa sajakah hal-hal yang membatasi dan memaksakan wanita harus sama dengan kebiasaan budaya di lingkungannya. 

Menikah adalah upaya untuk membangun roda ekonomi keluarga agar tetap berputar.


Apakah menikah solusi terbaik untuk membantu ekonomi keluarga? Bagaimana jika ia masih berharap mimpinya terwujud? Bagaimana jika ia pengin melanjutkan pendidikan tinggi?. 

Menikah bukan solusi yang tepat untuk membantu ekonomi keluarga. Banyak alternatif lain yang harus dipandang secara jujur oleh para orangtua. Lihat dan perhatikan sejenak putri muda Anda. Sesekali tanya, mimpi apa yang kamu indam-idamkan, Nak? 

Ayah akan bantu, sebisa mungkin. Coba apa yang akan mereka katakan dan rasakan pastilah akan membuat hati Anda tersentuh getar. 

Anda tidak bisa memaksakan putri mungil Anda menuruti ego Anda. Meskipun dia akan berkata 'tidak apa-apa' tapi apakah hatinya berkata demikian?

Apakah Anda (Orang tua) menuntut balas budi kepada anak Anda. Sehingga anak harus berkata 'Ya' untuk membalas apa yang telah Anda berikan kepadanya. 

Apakah demikian untuk mendidik anak menjadi baik? Apakah Anda tidak memikirkan kebahagiaan anak Anda? 

Menjodohkan seseorang dibawah paksaan hanya akan mendatangkan kecamuk di dalam hati dirinya. Mungkin ia menginginkan hidup bersama orang yang tengah dicintainya. 

Berikan kebebasan kepada wanita untuk memilih hati yang ingin dimilikinya, tanpa tekanan apapun. 

Percuma sekolah tinggi-tinggi. Ujung-ujungnya kasur, dapur dan sumur juga


Kata-kata ini adalah salah satu kata-kata yang mematahkan hati seorang wanita. Sekarang zaman sudah berubah istilah ke tiga tempat di atas pun tidak selamanya benar. 

Seolah-olah pendidikan yang akan ditempuh para wanita merupakan hal yang sia-sia dilakukan. 

Mereka yang berkata seperti ini tidak menuruti hadist yang dikatakan nabi, bahwa semua manusia mukmin wajib mencari ilmu. 

Ini adalah tradisi kolonial Belanda yang dulu dimana hanya laki-laki yang harus sekolah. Namun ketika Indonesia sudah merdeka apakah ini usai? Tidak. 

Mereka membawa tradisi ini hingga sekarang. Upaya melemahkan kaum wanita dilegalkan oleh masyarakat dan parahnya lagi ketika ada wanita yang melawan ini mereka anggap membangkang.

Tidak ada sesuatu pun di muka bumi yang membatasi kaum wanita dalam pendidikan. Semua bebas memilih jalan hidupnya akan seperti apa. Dari mana pun wanita itu tinggal, dari mana pun wanita itu berasal, pendidikan adalah hak setiap manusia.

Terkadang melindungi adalah upaya untuk membatasi yang unik

Pandai memasak menjadi salah satu poin wanita idaman


Banyak hal-hal yang harus diluruskan dari opini yang membebani jiwa wanita. Terutama postingan sosial media yang menyebutkan bahwa wanita itu harus pandai memasak. 

Ada juga akun yang memposting dimana dalam kontennya tersebut berisi perbandingan wanita penyuka makeup dan wanita penyuka masak. 

Tentu, netizen memuji wanita yang penyuka masak. Wanita penyuka makeup dianggap terlalu hedon, gaya hidup tinggi dan mungkin matre.

Tentu juga tidak. Hobi apapun harus memiliki kelas yang sama di dalam diri wanita. 

Anggapan 'wanita harus bisa masak' adalah anggapan yang keliru. Sebenarnya ini adalah keinginan dari laki-laki yang memandang bahwa wanita yang pandai memasak adalah wanita yang penuh keromantisan. 

Kemudian kaum adam menilai bahwa syarat menjadi wanita baik adalah wanita yang pandai memasak. Anda tidak membebaskan keinginan wanita. Anda menyuruh wanita untuk sesuai dengan apa yang Anda mau, untuk kebahagiaan. 

Jika hal ini hanya memiliki satu sepakat dari kaum adam. Maka bisa dikatakan Anda tidak menerima wanita apa adanya. 


Edelweis Putri Kumbara adalah penulis di Majalah Kuningan. Hobi traveling dan penikmat kopi. Ia hanya ingin hidup dimana pertanyaan tidak melulu tentang nikah, kerja dan universitas. Ia berasal dari desa Utopia.

Posting Komentar