Sebuah Opini: Kenapa sih harus enggak suka dengan apa yang orang lain suka
Pertama aku bersyukur sekali dengan adanya Majalah Kuningan ini. Dimana media ini adalah tempat bersuaranya hati kecil wanita melalui kata. Ini bagus. Sebagai tempat melepaskan opini, pandangan dan mungkin karya-karya lainnya.
Termasuk aku. Jujur, aku sangat geram kepada mereka yang selalu memandang K-POP itu negatif, merusak moral atau entah apalah. Apalagi, hal yang paling aku benci adalah ketika mereka berkata bahwa penggemar K-POP itu tidak mencintai budaya Indonesia.
Hei, meskipun aku dan penggemar lainnya menyukai K-POP bukan berarti aku tidak mencintai budaya Indonesia. Aku kalau pergi ke kampus pakai batik, pakai kebaya kalau keluarga hajatan, termasuk menghadiri undangan dengan membawa amplop. Apakah dengan semua itu aku melupakan budaya Indonesia? Enggak kan.
Kenapa sih orang Indonesia itu suka membatasi keinginan orang lain. Kalau ada orang Indonesia yang suka budaya negara lain tuh dianggapnya gimana gitu. Jadi seolah-olah masyarakat Indonesia tuh membatasi fans, hobi dan gaya hidupnya hanya yang ada dari Sabang sampai Merauke.
Emang kenapa sih K-POP itu? Apakah merugikan kamu ya? Atau menyaingi wajah kamu? Atau gimana aku enggak tahu alasan yang benar-benar alasannya itu seperti apa.
Kalau menurut aku ya, rata-rata orang non k-pop itu memiliki anggapan bahwa musik k-pop itu aneh-aneh, enggak jelas, terus berisik gak jelas. Dari penampilannya juga alay atau kadang terlalu vulgar. Namun yang membuat masyarakat menilai k-pop negatif itu, mereka takut akan berpengaruh pada pergaulannya terutama anak remaja wanita.
Bahkan bukan anak remaja aja, anak SD juga banyak yang nge-fans k-pop sekarang mah. Pengaruhnya boros karena suka beli segala hal tentang k-pop. Kalau ada event-event gitu kan mengeluarkan uang yang kadang enggak sedikit.
Pengaruh negatif lainnya lebih hidup individualis, karena banyak rebahan sambil mencari-cari perihal K-POP. Saking enaknya baca mungkin ya mereka mengabaikan lingkungan sekitar begitu.
Enggak sedikit juga fans K-POP yang barbar gitu. Di sosmed kan enggak mandang usia pengguna. Terkadang ada yang ngomongnya kasar atau omongan lain yang tidak pantas dipublikasikan.
Setiap apapun di muka bumi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, jangan merasa benar sendiri.
Begitu menurut pandangan aku bagi orang non-kpop. Namun apakah mereka hanya memandang sisi negatif tanpa pengin mengetahui sisi positif nya begitu. Orang yang sinis kadang begitu—mereka selalu mencari-cari kekurangan dari sesuatu hal yang memang mereka benci. Itu wajar.
Banyak kok sisi positifnya. Enggak sedikit para fans K-POP menjadi lebik kreatif, mengenal bahasa asing dan lebih aktif. Pemikirannya luas karena dari hobi baca tea. Pun terhindar dari kenakalan remaja karena mereka lebih milih ngabucinin K-POP. Bahkan banyak juga temenan yang tidak memandang ras agama umur. Mereka tidak memandang latar belakang ataupun perbedaan sehingga mereka nyaman berteman.
Udahlah ya, negara kita kan menerima perbedaan tetapi tetap bersatu kan. Begitu pun dengan setiap manusia yang ada di dalamnya pasti memiliki perbedaan. Enggak usah memperhatikan orang lain lah. Fokus aja sama diri sendiri kalau dalam hobi atau keinginan mah.
Elin Karlina adalah mahasiswi semester 6. Ia mengambil jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. Ia ingin hidup dimana perbedaan tidak dijadikan bahan perbincangan. Jadi, biasa aja.
Posting Komentar