Gambar hanya ilustrasi. Oleh Stefen Keller dari Pixabay |
Di kisahkan, pada zaman dulu sekitar tahun 1880-an ada sebuah kerajaan bernama Nagari Laris Manis di daerah Maleber. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang wanita yang cantik jelita bernama Putri Gandayang Sari. Rambutnya yang panjang berjuntai-juntai tatkala tersentuh semilir yang lembut. Lentik alisnya yang tebal mampu meruntuhkan keperkasaan hati seorang laki-laki tatkala melihat tatapan matanya yang tajam. Kala itu, masyarakat hidup bersahaja dalam dekapan kepemimpinanya.
Hingga suatu ketika datanglah seorang raksasa bernama Duruwiksa ke kerajaan Nagari Laris Manis dalam tujuan untuk menyampaikan isi hatinya dan hendak meminang Putri Gandayang Sari menjadi pasangan yang utuh. Raksasa itu merupakan seorang Raja dari kerajaan Nagara Pasir Pugag yang terpikat dengan kecantikan Putri Gandayang Sari. Di dalam benak Duruwiksa, ia menerka-nerka bahwa Putri Gandayang Sari akan menerimanya menjadi pasangan hidupnya sebab ia merupakan raja yang gagah dan berani. Namun, hal itu hanya sebatas ekspetasi yang terlahir dari rasa cintanya yang sangat mendalam. Putri Gandayang Sari menolak lamarannya yang tulus dengan alasan Putri Gandayang Sari tidak memiliki perasaan kepadanya dan tidak menginginkan seorang suami dari kalangan raksasa.
Kemudian setelah pulang dari kerajaan Nagari Laris Manis ia membawa luka dan benci di dalam hatinya (Soundtrack mawar bodas). Rupanya, Duruwiksa menaruh dendam kepada kerajaan Nagari Laris Manis terkhusus kepada Ratu yang telah menolak lamarannya. Melalui kekuatannya, ia menelusup ke dalam pohon beringin yang berada di tengah-tengah alun-laun kerajaan Nagari Laris Manis. Pohon itu merupakan benda yang sangat penting bagi masyarakat yang berada di kerajaan Ratu Gandayang Sari. Dimana tatkala terik metahari menyoroti--masyarakat berduyun-duyun berteduh di bawah pohon yang rindang-sejuk dan permai yang dirasakan mereka. Namun, setelah Duruwiksa merasuki pohon beringin itu secara tiba-tiba daunnya mengering lantas berguguran pesis seperti musim gugur di eropa.
Imbas dari keringnya pohon beringin membawa malapetaka. Kemarau panjang pun melanda daerah kerajaan Nagari Laris Manis. Para petani mengeluh karena sulitnya air dan tanahnya mengering-berbelah sehingga membuat ladang tanaman tidak menghasilkan apa-apa dan kehidupan rakyat pun menjadi susah. Ratu semakin gelisah memikirkan derita yang dirasakan oleh rakyatnya. Berbagai cara pun telah dilakukan tapi tetap saja gagal dan gagal.
Baca juga: Kisah Penari Asal Kuningan: cantik Itu Luka
Di tengah morat-maritnya kehidupan daerah kekuasaannya kala itu, datanglah seorang ksatria tampan bernama Samundaka. Ia berasal dari Nagara Alas Peuntas yang memiliki kesaktian yang tak tertandingi. Tujuan ksatria datang ke kerajaan Nagara Laris Manis adalah untuk melamar Ratu cantik Putri Gandayang Sari. Rupanya dewi fortuna (Keberuntungan) datang menghampiri ksatria itu--lamarannya diterima oleh Putri Gandayang sari tetapi dengan dua syarat. Pertama, ia harus meluruskan sungai Cisanggarung yang berkelok. Kedua, Ia harus mengalahkan Duruwiksa agar malapetaka itu hilang dari kerajaanya.
Atas nama rasa cinta Samundaka menerima persyaratan yang diberikan oleh Ratu Gandayang Sari. Dalam memenuhi persyaratan pertama Samundaka mengeluarkan kesaktiannya dengan cara membesarkan kemaluannya. Lantas ia memukulkan kemaluannya ke nagara Pasir Pugag sehingga daratan yang membuat sungai Cisanggarung berkelok menjadi lurus. Sementara Pasir Pugag yang notabene daerah kekuasaan Duruwaksa terbelah menjadi dua; belahan satu tetap bernama pasir pugag dan belahan kedua bernama pasir angin. Samundaka berhasil memenuhi syarat pertama.
Kemudian untuk memenuhi persyaratan kedua, Samundaka harus masuk ke pohon beringin untuk mengalahkan Duruwaksa. Dan, terjadilah pertempuran sengit di dalam sebuah pohon beringin. Dalam pertempuran yang cukup hebat itu, Samundaka berhasil mengalahkan Duruwiksa. Kemudian ia lari tunggang-langgang masuk ke sebuah rawa yang kini dikenal dengan nama Cimurubus. Setelah pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh Samundaka--pohon beringin pun kembali seperti semula. Gersang yang cukup lama melanda kerajaan Nagara Laris Manis kembali menyejuk seperti sedia kala. Air kembali mengalir semua masyarakat pun bersorak-sorai merayakan pulihnya kerajaan tersebut.
Pohon beringin yang berada di tengah-tengah alun-alun menjadi semakin cantik dan daunnya semakin maleber (Melebar) sekilas nampak seperti payung raksasa. Akhir kisah, Sang ksatria mempersunting Putri Gandayang Sari menjadi istrinya. Setelah menikah, Samundaka menjadi raja dan Gandayang Putri sebagai ratunya. Masyarakat pun senang dan bersujud kepada Raja dan Ratu mereka.
Sumber:
Situs desa Maleber
Posting Komentar