Foto: Riska Marsian (Twitter) |
Namanya papais monyong. Salah satu makanan khas asal Kuningan ini sudah dikenal masyarakat luas--sejak dulu. Makanan ini selalu ada pada setiap momen tertentu seperti hajatan, boborokoh (Membangun rumah), bahkan lebaran. Sebagai makanan yang memiliki 'waktu tertentu' dalam membuatnya--papais monyong, sudah tidak diragukan lagi jika papais monyong menjadi pembuka ingatan momen-momen tertentu setelah ketupat dan ketapang.
Menjelang hari lebaran tiba, di dapur, ibu-ibu sibuk membuat papais monyong dengan isi yang berbeda. Setelah daun pisang dipesan atau dibeli. Kemudian daun itu dijemur di bawah terik matahari. Dan, diakhiri dengan memisahkan daun pisang itu dengan batangnya yang panjang. Kala itu, anak-anak sangat gembira tatkala melihat batang daun pisang. Mengandalkan imajinasi dan kreativitasnya, mereka, membentuk batang daun pisang itu menjadi mainan sementara: pistol-pistolan, kuda-kudaan dan pedang-pedangan. Setelah bosan atau rusak mereka membiarkannya di dalam rumah. Namun, setelah ibu berkata "Buang jauh-jauh. Takut ada ular kalau ada batang pisang di dalam rumah". Lantas, anak-anak sesegera mungkin membuangnya di tempat yang jauh dari rumah. Mitos.
Papais monyong. Berisi dua kata dari bahasa sunda. Papais berarti pepes. Dan, monyong berarti moncong. Dalam literatur, ada 7 jenis penamaan leksikon terhadap makanan di kabupaten Kuningan, diantaranya: berdasarkan peniruan bunyi, persamaan, bahan, tempat asalnya, sifat yang menonjol, sebagian anggapan dan manasuka. Nama 'papais monyong' diambil berdasarkan sifat dan karakteristik bentuk atau nuduhkeun sipatna.
"Lebaran Tidak Lengkap Tanpa Papais Monyong" tulis salah satu portal berita lokal Kuningan. Memang begitu. Seperti yang telah ditulis di atas makanan ini selalu ada pada setiap momen tertentu. Jarangnya pembuatan papais monyong dapat memunculkan kerinduan dimomen tertentu. Tidak sulit. Bahan-bahannya pun mudah didapat: santan, beras ketan, garam, gula merah, pandan, air dan parutan kelapa. Di tambah, enten (selai) kelapa dan enten kacang ijo. Setelah dibungkus menggunakan daun pisang, papais, langsung dikukus.
Ada tiga jenis papais. Satu, papais berwarna putih yang tidak memiliki rasa. Biasanya papais jenis ini dimakan dengan gorengan, rengginang, bala-bala dan rampeyek. Dua, papais berwarna hijau yang isinya enten kelapa. Penulis sangat suka jenis papais yang kedua ini. Tiga, papais monyong sendiri. Di bungkus, berwarna coklat dan legit: papais monyong.
Posting Komentar