Foto: Delia Andini. IG: deliandin
Tari Kemprongan adalah tarian tradisional dari Kuningan Jawa Barat lebih tepatnya berasal dari desa Sidaraja Kecamatan Ciawigebang dan Luragung. Jika kita lihat secara geografis, wilayah Kuningan diselimuti perbukitan dengan tanah yang subur, sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani.
Dari zaman manusia purba hingga sekarang profesi bertani paling mendominasi di kabupaten Kuningan, selain berdagang. Kondisi ini melatarbelakangi lahirnya pelbagai jenis kesenian tradisional yang berkaitan dengan dunia pertanian. Seperti kawin cai, pesta dadung, seren taun, sintren, cingcowong termasuk kemprongan.
Pada awalnya, tari kemprongan itu...
Pada awalnya, tari kemprongan merupakan bentuk tarian yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat setelah panen padi. Pertunjukan tari kemprongan biasanya akan dilakukan di bawah pohon yang rindang yang berada di tanah lapang.
Selain itu, tari kemprongan juga sok dijadikan sebagai medium untuk mencari jodoh (nyiar nu herang). Para penari atau ronggeng yang akan tampil terlebih dulu diberi minyak wangi oleh pupuhu (ketua atau pemimpin) yang bertujuan untuk memikat laki-laki yang tengah menonton (sugan jodona).
Menurut Danadibrata, R.A. (2006), tari Kemprongan awalnya hanya tarian-tarian yang dilakukan sesuka hati, masyarakat desa Sidaraja biasa menyebutnya tarian 'saprungna atau sawilasana'. Dalam kamus bahasa Sunda ‘saprungna’ artinya bebas, suka-suka, tidak beraturan. Sedangkan sawilasana artinya suka rela.
Istilah Kemprongan berasal dari kata “prung“ yang berubah konsonan menjadi “prong”. Kata prong diambil dari fonem kendang yang artikulasi bunyinya mirip dengan suara prong atau pong. Sakemprong diartikan sama dengan sakemprung, artinya sama dengan satu babak, atau satu lagu. -www.disparbud.jabarprov.go.id
Kapan tari kemprongan ada di Kuningan?
Sampai sekarang belum diketahui pasti iraha, kumaha, kunaon mulai muncul dan saha pelopornya. Namun, pada awal abad ke-19 sampai tahun 1942 atau sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang sempat tercatat sebagian para pelaku seni kemprongan, yaitu: Ny. Arsita, Sasmita Gumor, dan Wiriadi Sastra.
Pada zaman penjajahan Belanda, tari kemprongan juga sering disebut 'Fiesta' artinya bersukaria.
Lagu-lagu dan alat musik dalam tari kemprongan
Tari kemprongan diiringi seperangkat gamelan berlaras salendro. Alat musiknya terdiri dari saron pambatek, saron panempas, bonang, ketuk, gambang, kecrek, kendang, rebab, dan goong.
Sebelum para ronggeng menari, para pemain musik akan menyajikan lagu-lagu instrumental (tatalu) yang bertujuan untuk mengumpulkan para penonton. Biasanya, lagu-lagu yang dimainkan antara lain Kajongan, Dodoran, dan Barlen.
Berapa jumlah pemain dalam tari kemprongan?
Biasanya pemain kemprongan berjumlah 15 orang: 10 orang wiyaga (pemain alat musik), 4 orang penari, dan 1 orang pupuhu biasanya orang yang satu ini seorang jawara pencak silat.
- 10 orang pemain alat musik
- 4 orang sebagai ronggeng atau penari
- 1 orang pupuhu atau pemimpin atau ketua
Jalan pertunjukan tari kemprongan
Mula-mula setiap ronggeng akan memperlihatkan kebolehannya dengan menari untuk menarik perhatian para penonton pria. Dari keempat ronggeng itu ada satu ronggeng yang menjadi 'bintang' nu geulis kawanti-wanti endah kabina-bina.
Semua ronggeng akan menawarkan selendangnya kepada penonton pria. Kemudian para penonton lelaki itu akan saling berebutan [memilih ronggeng yang menurutnya paling cantik dan pandai menari] selendang yang ditawarkan oleh sang ronggeng.
Dalam adegan ini sering terjadi keributan kecil sesama lelaki yang tidak kebagian pasangan.
Biasanya, pertunjukan tari kemprongan dilakukan semalaman. Di tengah asyik-asyiknya menonton lenggak-lenggok para ronggeng, lalu datanglah sang jawara dengan gerak tari pencak silat untuk mengehentikan pertunjukan dengan mengambil gendang kecil milik wiyaga.
Karena gendangnya diambil oleh sang jawara, wiyaga pun meminta sang jawara itu untuk mengembalikan gendangnya.
Gendang, baru akan dikembalikan saat setelah sang jawara diberi uang oleh punduh (orang yang berperan sebagai dalang). Setelah sang punduh memberi uang pertunjukan mulai dilanjutkan kembali.
Tari kemprongan sempat menghilang selama 70 tahun
Tari kemprongan sempat hilang dan tidak pernah ditampilkan selama 70 tahun lamanya. Masuknya pengaruh budaya barat atau dampak globalisasi yang menyelinap ke setiap pelosok membuat tari kemprongan pun kehilangan eksistensinya.
Beruntung, pada tahun 2012, tari kemprongan dimasukan ke dalam program pewarisan oleh Diasparbud Jawa Barat. Setelah masuk dalam program pewarisan budaya, tari kemprongan pada tahun yang sama langsung ditampilkan di Gedung Kesenian Kuningan dan di Taman Budaya Jawa Barat.
Hingga saat ini, tari kemprongan bisa eksis kembali dan selalu tampil dalam setiap event kebudayaan.
Posting Komentar