Ad Under Header
Parallax Ad

Esai Legenda Naga di Kuningan

Ambu Naga Runting

Sayangnya, cerita legenda naga di Kuningan tidak sedetail legenda naga Baruklinting di Ponorogo.

Cerita Legenda naga di Kuningan hanya berbuah dari 'katanya' yang kemudian terjatuh tanpa ada yang memungut seperti bocah-bocah yang kegirangan memungut buah mangga bekas kelelawar. 

Masyarakat agak kurang berminat dengan folklore Kuningan. Mereka terlampau betah dengan nuansa wisata. 

Cerita rakyat itu kolot. Siapa yang ingin merenanginya di tengah kecanggihan teknologi dan kehidupan yang super canggih ini.

Tirai tentang legenda naga di Kuningan mulai terbuka beberapa tahun lalu. Ketika peneliti datang ke Jabranti, legenda naga mulai menyelusup ke telinga masyarakat, bahwa di Kuningan ada cerita tentang naga.

Jabranti bukan kampung naga seperti di Tasikmalaya. Lagian, kampung naga di Tasik bukan tentang seekor naga. Kata 'Naga' dari 'Kampung Naga' hanyalah sebuah kependekan dari 'Nagawir' yang memilikir arti 'di sisi jurang' atau Kampung Naga sama dengan Kampung di sisi jurang. 

Tentang Naga di Jabranti-Kuningan memang seekor naga menurut masyarakat. Di tambah bukan hanya cerita tetapi juga peninggalan atau situs yang berupa batu tegak (menhir) yang memiki ukiran naga. 

Tanah Pasundan bangga. Pasalnya, situs naga yang ditemukan di Jabranti merupakan satu-satunya situs yang memiliki ukiran naga di Jabar. Kenapa? Sejak dulu suku sunda tidak mengenal hewan mitologi naga. Naga hanya dikenal diluar Jawa Barat. 

Bahkan dunia. Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (Mari) yang juga dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Dr Ali Akbar, melakukan studi banding ke negara Tiongkok, India, dan beberapa negara eropa lainnya untuk mencari padanan naga yang ada di situs Jabranti. 

Namun, dalam studi banding tersebut Ali tak menemukan naga yang sama dengan sosok naga yang terukir di situs Jabranti yang berada di gunung Puncak Tiga. Naga di Jabranti amat unik.

Namun, situs tersebut masih dipenuhi rumpun misteri yang belum ada seorang pun menyebranginya. 

"Mengingat batu ini tampaknya penting sebagai salah satu cikal bakal budaya Sunda dan Jawa, maka diharapkan akan ada seminar sehingga para ahli, akademisi, dan budayawan dapat memberikan masukan mengenai batu purbakala ini. Upaya ini diharapkan dapat membuka tabir Batu Naga, sekaligus menyingkap peradaban luhur Indonesia," ujar Ali.


Legenda naga tersebut diceritakan, ada seekor naga yang sangat luar biasa besarnya. Kepalanya berada di Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Saking besarnya naga itu, ekornya pun berada sampai ke pegunungan di sebelah selatan Gunung Ciremai. Kemungkinan gunung yang dimaksud adalah Gunung Pojok Tilu, tempat batu yang memiliki ukiran naga.

Legenda itu hanya terdengar dari mulut ke mulut dan diturunkan dari generasi dulu.

"Tapi, dalam arkeologi, legenda itu menjadi salah satu bahan penelitian. Bisa saja, batu bergambar naga itu dibuat sang pemahat yang diilhami kisah naga runting tersebut."

Posting Komentar