Dokumentasi foto Majalah Kuningan pada tahun 2019 |
Kabupaten Kuningan memiliki banyak cerita misteri dari berbagai sudut desa yang belum terekspos hingga sekarang. Minimnya 'Ingin' untuk menjelajahi kembali cerita masa lalu adalah suatu hal yang memang disengaja. Mereka beranggapan bahwa buat apa menyelami peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi toh enggak bakal bermanfaat juga untuk masa depan. Sebagian besar anggapan itu berasal dari kalangan anak muda yang kini tengah sibuk mengurusi game yang bersandar diteknologi.
Pun ada sebagian yang beranggapan bahwa menyelami kembali ceruk masa lalu adalah perilaku orang-orang kuno atau terbelakang. Buat apa! zaman sekarang adalah zaman dimana orang harus berpikir kreatif untuk bersaing dengan masyarakat global; konten kreator, gamer, programmer, blogger dan youtuber. Atau budaya yang lahir dari segelintir influencer. Sebenarnya boleh, toh kita hidup di zaman canggih akan tetapi jangan merasa 'tabu' dengan cerita-cerita di masa lalu. Lagi pula cerita-cerita di masa lalu itu jika kita pandai mengemasnya bisa menjadi sesuatu yang mendunia. Sebut saja seperti bangsa Viking, ronggeng dukuh paruk dan lain sebagainya.
Asal-usul Desa Cihirup Kabupaten Kuningan
Sore menjelang malam, sekitar jam 15.00 saya berkendara menuju desa Cihirup kabupaten Kuningan. Desa yang berada di ujung selatan kabupaten Kuningan ini masih dikelilingi belantara dan sawah yang menguning. Ada sesuatu yang menggetarkan hati tatkala saya telah sampai di desa ini. Entah karena tempatnya (Sumur hirup) yang katanya angker atau karena panas yang menyengat. Setelah ditelusuri "Ah, ini mah lapar".
Jujur, saya tidak tahu tempat sumur hidup itu dimana. Meski rumah saya berada di lingkup kecamatan Ciawigebang tetapi saya jarang sekali berkelana ke tempat-tempat seperti ini. Insya Allah, setelah pandemi ini reda saya akan mengulas tuntas cerita-cerita yang terjadi di masa lalu khususnya yang berada di kabupaten Kuningan.
Di temani seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya, ia menceritakan asal-usul nama desa Cihirup secara tuntas. Mungkin, ceritanya sedikit sama dengan cerita yang telah tertuang di berbagai media tapi ya memang begitu ceritanya.
"Nama Cihirup ini dicetuskan oleh Abah Maskar seorang pemimpin pada tahun 1822-an. Kata Cihirup ('Ci' dan 'Hirup') itu memiliki arti yang kalau dibahasa Indonesiakeun mah 'Air Hidup'. Nama itu diambil dari sumur yang terletak di desa Cikubangmulya. Dulu, kan, Cikubangmulya itu masih menjadi bagian dari Cihirup, Karena ada pemekaran, sekitar tahun 1982, akhirnya tidak lagi menjadi bagian desa Cihirup".
"Sumur itu tidak pernah surut dan kering meski dilanda kemarau panjang sekalipun. Entah apa sebabnya, yang jelas, menurut cerita yang dituturkan secara turun-temurun melalui lisan sumur itu katanya tidak pernah kering. Dan, terbukti kan sekarang?. Di saat para petani menjerit karena kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan sawahnya, akan tetapi sawah yang berada di sekitar sumur hirup ini malah aman-aman saja".
Baca juga: Peninggalan kerajaan kuna di desa Susukan
"Tapi sayangnya, banyak orang yang memiliki anggapan bahwa sumur hirup ini airnya dapat membawa berkah bagi siapa saja yang mengambilnya (Melalui proses ritual). Dan, ada lagi yang mempercayai bahwa kalau ada laki-laki yang membasuh mukanya menggunakan air sumur hirup ini, akan ada banyak wanita yang menyukai. Tidak perlu percaya, ini kan sebuah kebiasaan orang-orang Kuningan saja bahwa kalau di suatu tempat terdapat benda peninggalan sejarah akan menjadi sesuatu yang dikeramatkan, selalu dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis".
"Ya, karena tidak habis-habis airnya maka para petani di sini memanfaatkan airnya untuk mengaliri sawah-sawah. Melalui selang dan bantuan mesin".
Tradisi sebelum dan setelah menanam tumbuhan
Di kabupaten Kuningan sendiri banyak tradisi-tradisi atau ritual seperti misalnya ritual meminta hujan atau syukuran setelah penen di sawah. Tradisi dengan menyuguhkan beberapa makanan tertentu yang sering orang sebut sesaji dipercayai memiliki dampak setelah melakukan ritual itu. Namun, di zaman sekarang tradisi tersebut semakin terlihat jarang saya temui hal ini terjadi karena pengaruh globalisasi yang kuat.
Para petani sekarang lebih berpedoman kepada sains tentang 'bagaimana cara meningkatkan hasil panen' atau 'Cara supaya padi cepat di panen'.
"Tidak hanya sumur hirup Jang". Katanya. "Di desa Cihirup juga ada tradisi dimana sebelum menanam suatu tumbuhan (Tapi umumnya padi) ada sebuah ritual yang harus dilakukan (di masa itu). Namanya Tatarekah atau Sabumi. Kala itu para petani sering melakukan tradisi tersebut".
"Ada juga Mapag Sri". Tambahnya. "Kalau Tatarekah tadi adalah tradisi yang dilakukan sebelum menanam tumbuhan. Nah, kalau Mapag Sri ini adalah tradisi setelah panen akan diadakannya pertunjukan wayang golek. Biasanya diadakan di tanah yang bisa menampung masyarakat luas; alun-alun atau lainnya".
Wisata Bangong dan Pasar unik di Cihirup
Keunikan dari pasar ini adalah hanya diadakan setiap malam Rabu atau Selasa malam. "Sekitar 1822-an didirikan sampai sekarang masih eksis". Kalau dulu mah tempatnya sedikit gelap karena kurangnya pencahayaan. Masyarakat menyebutnya 'Pasar siluman'.
Kemudian ada juga tempat wisata yang tak kalah indah dengan tempat wisata lainnya. Kalau kita berjalan lurus dari balai desa, kita akan sampai ke tempat wisata tersebut. Kala itu, akses jalan menuju wisata Bangong sangat tidak elok. banyak kerikil-kerikil yang bermunculan. Namun tidak membuat saya kesal karena di semua sisi jalan terdapat pemandangan sawah yang luas membentang.
Wisata Bangong ini akan menyuguhkan Anda pemandangan alam di atas ketinggian karena di bawahnya terdapat belantara yang sebagian hanya dijejaki oleh manusia. Kalau malam, wisata ini bisa menyuguhkan Anda ribuan gemerlap lampu perumahan yang berada di daerah Cirebon.
Posting Komentar