Era 80-an bisa disebut era Rhoma Irama tengah melangit meski sebenarnya Raja dangdut itu memiliki fans sepanjang waktu. Bagi orang yang masa mudanya di tahun 80-an, pasti tidak lupa bagaimana film yang berjudul Berkelana yang dibintangi Rhoma Irama membuatnya candu dan berkhayal pengin memiliki kisah yang persis dengan film yang dilihatnya.
Rupanya, para pemerhati bisnis di industri film merasakan lalu lintas anak muda kala itu menuju film berkelana artinya banyak sekali penggemar atau antusias yang meledak dari anak muda. Di dekade yang sama, Berkelana 2, dirilis guna mengobati rindu dan rasa penasaran akan cerita yang terjadi setelahnya (film berkelana 1).
Film berkelana 1 mengisahkan Subrata (Rachmat Hidayat) pengusaha dan ayah Rhoma menginginkan anaknya (Rhoma) menjadi sarjana ekonomi. Rhoma yang menginginkan menjadi musisi, akhirnya, harus mengikuti perintah ayahnya sembari kuliah. Ayah Rhoma, mengharamkan dirinya memainkan musik dan terjadi konflik antara anak dan ayah. Atas konflik ini, Rhoma diusir dari rumahnya.
Rhoma harus pergi ke Jakarta menggunakan nama Budi. Dalam perjalanan selama di perantauan, salah satu teman Rhoma dilanda sakit parah dan membutuhkan biaya besar. Rhoma kembali ke rumahnya untuk meminta uang untuk temannya yang sakit tapi ditolak. Dengan terpaksa, Budi menjambret tas milik seorang wanita bernama Ani (Yatie Octavia) yang disaat itu ia disuruh ayahnya mengurus surat-surat rumah.
Sementara film Berkelana 2 adalah film sekuel atau kelanjutan dari film berkelana 1. Di film yang kedua ini, Rhoma atau Budi tertabrak motor ditengah hujan. Untungnya, teman-teman Budi tengah melintas disekitar jalan itu dan menolong Budi untuk dibawa ke rumah untuk dirawat. Bagaimana dengan Ani? Sementara Ani harus mencari Rhoma yang menjambret tasnya. Masih banyak film yang dibintangi Rhoma Irama seperti; Satria bergitar, Begadang, Pengabdian, Menggapai Matahari 1 dan 2, Nada-nada Rindu, Bunga Desa dan Nada dan Dakwah.
Perjalanan film Indonesia khususnya yang dibintangi Rhoma secara perlahan menyusut. Pada era 90-an anak muda khususnya di kabupaten Kuningan mulai menggemari film asal India. Saya teringat betul cerita guru saya. Dulu, kata guru saya, anak-anak muda mendambakan film-film India yang bergenre kasmaran. Setiap minggu sekali, ia rutin menonton film di Plaza Kuningan.
Namun tidak semua anak muda gemar film, ada juga yang fanatik, katanya 'Haram'. Pagi-pagi, biasanya selepas upacara Senin, anak-anak yang telah menonton film India di Flaza akan menceritakan film yang ditontonnya kepada temannya yang tidak menonton. Dulu, anak-anak muda antusias sekali menyambut malam minggu tiba; ada yang mengadu tali kasih dengan pujaan hatinya dan, bagi penggemar setia film India mereka akan melakukan apapun demi menonton film tersebut.
Pada tahun 2010, sangat kontras sekali dengan kehidupan anak-anak muda di zaman dulu. Dimana di dekade sekarang, teknologi semakin canggih dalam genggaman. Hal ini membedakan cara anak muda menonton sebuah film. Dulu, orang yang menonton film di layar lebar adalah mayoritas tetapi kini menjadi minoritas. Kebanyakan dari anak muda sekarang lebih memilih nonton film di layar kaca (HP dan laptop). Apalagi, drama Korea.
Banyak sekali perubahan gaya hidup teman-teman saya. Selepas menonton film drama Korea, biasanya, teman saya menangkap layar atau memotret yang kemudian di posting di media sosial. Seperti yang guru saya katakan, tidak semua orang suka film dan ada yang menganggapnya 'Haram'. Namun, tidak semua hal hanya memiliki dampak negatif, ada juga yang memiliki dampak positif. Hal ini bagaimana cara kita memandang dari sudut pandang kita sendiri bukan 'Katanya'.
Dari genggaman menggunakan kuota untuk mengakses data di internet, kita bisa melihat hal apapun dari tangan termasuk melihat drama Korea. Bagi saya, film baik untuk menambah wawasan dan menajamkan untuk mereka yang memang menaruh minat besar di dunia per-film-an. Bagi penulis novel juga sangat baik, karena memang cerita dari drama atau film-film berasal dari naskah yang dibuat penulis, hasil dari perenungan dan khayalan yang membutuhkan energi super.
Bagi penggemar drama Korea, pasti tahu drama yang berjudul Descendants of The Sun sebuah drama yang mengisahkan kisah cinta antara Tentara dan Dokter. Menurut saya, drama inilah yang paling diminati orang Indonesia. Karena, seorang wanita yang bekerja di kesehatan dan seorang laki-laki yang bekerja sebagai abdi negara merupakan sebuah doktrin yang hingga kini masih banyak diharapkan oleh kaula muda.
Posting Komentar