Foto: atsijen/harianacehcoid/fotoacehcom |
Keterlibatan kerajaan Kuningan dalam peperangan di Sunda kelapa ini memiliki sumber terbatas. Namun, dalam beberapa literatur menyebutkan bahwa kerajaan Kuningan ikut turun dalam peperangan yang cukup sengit ini. Bukti yang dipercayai hingga sekarang adalah adanya makam pangeran Kuningan di Kuningan Jakarta. Bahkan, adanya makam itu sendiri dipercaya sebagai cikal-bakal kawasan Kuningan di jakarta.
Perlu diketahui, bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ini merupakan salah satu dari enam pelabuhan lintas internasional yang dimiliki oleh kerajaan Pakuan Pajajaran. Semua hasil bumi diekspor di pelabuhan Sunda Kelapa ini; lada, emas dan cula badak yang paling diminati oleh kerajaan dari luar negeri.
Pakuan Pajajaran memiliki masa keemasan di zaman raja yang memiliki banyak nama dan gelar yaitu Prabu Siliwangi (1482-1521). Dalam pemerintahannya, ia mengambil inisiatif untuk mengadakan pertemuan dengan Portugis. Tujuan diadakannya pertemuan dengan Portugis itu untuk membangun hubungan di jalur perdagangan. Pada tahun 1512 berangkatlah Prabu Surawisesa ke Malaka atas perintah Ayahnya. Setahun setelah pertemuan itu digelar, empat kapal dari Portugis mendarat di Sunda Kelapa untuk mencari rempah-rempah pada tahun 1513 dibawah pimpinan De Alvin.
Seperti yang telah kita ketahui, awal kedatangan bangsa Portugis ke Nusantara ini disambut baik oleh warga pribumi. Hingga pada tahun 1522 Portugis datang kembali ke Sunda Kelapa dan ke kerajaan Pakuan Pajajaran. Dalam literatur menyebutkan bahwa ketika kedatangan Portugis yang kedua kali ini--Prabu Siliwangi sudah tidak lagi memerintah--digantikan oleh anaknya yaitu Prabu Surawisesa (1521-1535). Di masa pemerintahan Prabu Surawisesa inilah bangsa Portugis menandatangani sebuah perjanjian perdagangan dan keamanan.
Di antara isi dari perjanjian antara Pakuan Pajajaran dan bangsa Portugis menyebutkan bahwa dalam jangka waktu satu tahun akan diadakan sebuah barter berupa 1.000 karung lada ditukar dengan barang-barang yang dibutuhkan oleh pihak Pakuan Pajajaran, pemberian izin kepada bangsa Portugis untuk mendirikan benteng pelabuhan di Sunda Kelapa dan adanya sebuah kesepakatan untuk menyerang Demak bersama-sama. Di dalam buku yang berjudul Kuningan: Jejak Islam Di Segitiga Emas Jakarta menyebutkan bahwa alasan Pakuan Pajajaran berkerja sama dengan Portugis adalah kerajaan tersebut merasa terancam dengan Demak setelah jatuhnya beberapa wilayahnya yang ada disekitar Cirebon.
Di antara isi dari perjanjian antara Pakuan Pajajaran dan bangsa Portugis menyebutkan bahwa dalam jangka waktu satu tahun akan diadakan sebuah barter berupa 1.000 karung lada ditukar dengan barang-barang yang dibutuhkan oleh pihak Pakuan Pajajaran, pemberian izin kepada bangsa Portugis untuk mendirikan benteng pelabuhan di Sunda Kelapa dan adanya sebuah kesepakatan untuk menyerang Demak bersama-sama. Di dalam buku yang berjudul Kuningan: Jejak Islam Di Segitiga Emas Jakarta menyebutkan bahwa alasan Pakuan Pajajaran berkerja sama dengan Portugis adalah kerajaan tersebut merasa terancam dengan Demak setelah jatuhnya beberapa wilayahnya yang ada disekitar Cirebon.
Kerajaan Demak menganggap kemesraan antara Pakuan Pajajaran dan Portugis adalah sebuah ancaman dan provokasi. Melihat hal ini sebuah ancaman, lantas Raja Demak memerintahkan Fatahaillah untuk merebut Sunda Kelapa dari Portugis. Cikal-bakal keinginan untuk mengusir Portugis dari perairan Jawa adalah ketika Malaka berhasil jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 yang menggoyahkan iklim perdagangan dari jawa ke jawa. Akhirnya, pada tahun 1513 dan 1521 Raja Demak mengirimkan dua armada untuk mengusir Portugis tapi mengalami kegagalan.
Nah, seperti yang telah disebutkan di atas, mesranya antara Portugis dan Pakuan Pajajaran membuat raja Demak semakin geram kepada Portugis. Melalui Fatahilah atau Fadilah Khan atau Faletehan Raja Demak memerintahkan untuk mengambil atau merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Potugis dan Pakuan Pajajaran.
Penyerangan ini merupakan kelanjutan dari tahun 1513 dan 1521 yang mengalami kegagalan. Kemudian pada tahun 1525 Demak kembali merencanakan penyerangan hingga pada tahun 1527 sebagai hari H penyerangan dilakukan. Dalam penyerangan yang dilakukan oleh Demak yang berkoalisi dengan Cirebon, Adipati Kuningan ditugaskan menjadi komandan pasukan dalam penaklukan pelabuhan Sunda Kelapa.
Baca Juga:
Ketika Raja Sunda Dibuat Lari Oleh Raja Kuningan
4 Hewan Mitologi di kabupaten Kuningan
Di buku yang sama, Penulis memiliki dugaan bahwa pasukan Kuningan yang dipimpin oleh Adipati Kuningan merupakan pasukan penahan bantuan. Ia menilik dari posisi pasukan Kuningan yang bertugas di daerah Selatan, Kuningan sekarang, yang jauh dari tempat pertempuran inti. Bisa dikatakan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Kuningan ini adalah pasukan zeni dalam militer gabungan antara Demak dan Cirebon.
Keterlibatan Adipati Kuningan dalam penyerangan ke Sunda Kelapa dipercaya (Sampai sekarang) sebagai cikal-bakal kawasan Kuningan di Jakarta.
Posting Komentar