Pada tahun 1955 pemilihan umum atau pemilu mulai diselenggarakan di Indonesia pasca kemerdekaan. Pemilu pertama ini bertujuan untuk memilih anggota Dewan Konstituante yang memiliki misi untuk menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) dan menetapkan Undang-Undang Dasar RI pada tahun 1950. Selain memilih Anggota Dewan Konstituante, pemilu pertama ini juga bertujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang bertugas untuk mengontrol dan mendampingi pemerintah.
Dalam lingkup nasional, ada lima partai yang berhasil meraih suara terbanyak yaitu PNI, Masyumi, NU, PKI dan PSII. Perolehan PKI yang berhasil memenangkan kontestasi pemilu tahun 1955 yang masuk ke lima besar partai di Indonesia memberi efek kejut kepada empat partai besar lainnya. Mengingat partai yang memiliki lambang palu dan arit ini babak belur usai peristiwa di Madiun tahun 1948. Di tambah lagi PKI tidak pernah mendapatkan jatah posisi di kabinet dan pemerintahan. Sejak legalitasnya dipulihkan tahun 1950-1955, selama lima tahun itu PKI berhasil bangkit dari keterpurukan.
Situasi politik nasional mempengaruhi situasi politik di kabupaten Kuningan disaat pemilihan umum pada tahun 1955. Kala itu, UUD yang berlaku mengarah kepada demokrasi liberal sehingga banyak bermunculan partai-partai politik. Menurut buku Perjuangan Rakyat Kuningan Masa Revolusi Kemerdekaan yang bersumber dari catatan hasil pemilu tahun 1955 menyebutkan, "ada sekitar 39 partai politik, organisasi dan 10 peserta perorangan yang ikut serta dalam pemilu di kabupaten Kuningan. Dari banyaknya para kontestan itu ada 6 partai yang berhasil mendapatkan suara terbanyak diantaranya PNI (81.524 suara), Masyumi (55.911 suara), Murba (22.781 suara), PSI 20.851 suara), PKI (15.401 suara) dan NU 6.367 suara)". Untuk di tingkat kabupaten khususnya di Kuningan, PKI hanya mampu ditingkat ke 5 dalam memperoleh suara terbanyak.
Namun dalam kiprahnya menjadi partai politik hingga peristiwa Madiun tahun 1948, PKI terbilang sukses dalam mengeksistensikan kembali partainya ke ranah perpolitikan di Indonesia. Hasil dari pemilu pertama ialah terbentuknya DPRD tingkat II yang diketuai oleh Gondosuarno dan Bupati yaitu M. Saleh Alibasah. Rupanya, hasil pemilu pertama belum bisa menuntaskan masalah yang terjadi di lini kehidupan khususnya dibidang keamanan dengan ditandai munculnya pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII di kabupaten Kuningan.
Di tengah carut-marutnya situasi disebabkan munculnya pemberontakan yang dilakukan DI/TII, hal ini dimanfaatkan oleh PKI untuk membuka sayap selebar-lebarnya dan memperbesar pengaruhnya melalui organisasi afiliasinya yaitu BTI (Barisan Tani Indonesia). Bersamaan dengan PKI, rupanya PNI tidak ingin terkalahkan, mereka pun mulai memperbesar pengaruhnya melaluikepala desa yang sebagian besar diisi oleh orang-orang PNI.
Posting Komentar