Ad Under Header
Parallax Ad

Jangan Dibuang, Inilah 3 Manfaat Kotoran Sapi

Jangan Dibuang, Inilah 3 Manfaat Kotoran Sapi Dapat Menghasilkan Rupiah

Hari Kamis (27/08/2020), warga Cipari berduyun-duyun membersihkan kotoran sapi yang telah mencemari saluran irigasi yang ada di kelurahan Cipari. Limbah yang dihasilkan peternakan sapi yang ada di Cipari, perhari, mampu menghasilkan limbah kotoran sebanyak 60 ton. 

Di lansir dari Detik, Asep AS, Kepala Bidang P3HL Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan mengatakan, dari 60 ton jumlah kotoran sapi itu hanya 10 persen saja yang diolah menjadi biogas. Dan, itu pun masih menghasilkan ampas. 

Selain telah mencemari aliran sungai dan mengeluarkan bau yang tidak sedap ketika musim penghujan, limbah kotoran sapi pun dikhawatirkan dapat menimbulkan pelbagai penyakit. Dalam sebuah jurnal, bau ternak kotoran sapi perah mengandung gas metana (CH4). Menurut Pranamyaditia (2016), kotoran sapi perah yang mengandung gas metana dapat menyebabkan keracunan gas metana pada peternak sapi perah dengan salah satu gejala yang dialami yaitu mual.

Selain harus peduli terhadap lingkungan dan protes dari warga sekitar, baiknya perhatian pun harus diberikan kepada para peternak yang setiap hari berada di kandang dan setiap hari pula menghirup kotoran sapi tersebut. 

Para pakar, cendekiawan, dan para mahasiswa yang ada di kabupaten Kuningan mungkin bisa menjadi andalan untuk menciptakan sebuah terobosan baru. Terkhusus dalam mendaur ulang limbah kotoran sapi ini. Kuningan hanya mampu mengolah limbah kotoran sapi sebesar 10 persen dari 60 ton. Hal ini berarti masih banyak kotoran sapi yang tidak diolah yang salah satunya mengendap di aliran irigasi. Dan, dari 10 persen itu pun masih menyisakan ampas.

3 manfaat ini mungkin dapat dijadikan inspirasi

Sebagai bahan untuk membuat keramik

Pertama kali ide ini muncul dari salah seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Syammahfuz Chazali, pada tahun 2007 silam. 

Tidak hanya metana (CH4) saja, kotoran sapi pun mengandung isolate 9,6% hingga mempunyai daya ikat yang jauh lebih kuat, dalam pembuatan keramik.

Jika biasanya dalam pembuatan keramik mencampurkan ketiga bahan: tanah hitam, tanah kuning, dan pasir. Berkat ide brilian dari seorang Syam, hanya perlu menambahkan pasir kuning dan kotoran sapi saja.

Untuk mewujudkan ide ini tentu membutuhkan penelitian dan tahapan-tahapan yang harus dilaluinya. Ia juga sempat mengalami kegagalan ketika melakukan langkah awal. Namun tak berhenti disitu. Ia terus berupaya tanpa patah semangat. Hingga akhirnya ia menjuarai lomba Bisnis Plan Pemuda Tingkat Nasional yang diselenggarakan kementerian pemuda dan olahraga dengan judul Alternative Pemanfaatan Kompos dari Industri Petrnakan Sapi Sebagai Bahan Campuran Aneka Kerajinan Gerabah. Sebagai juara satu. Pelbagai tawaran dari beberapa negara seperti Brunei, China, dan Australia untuk meminta pesanan dan persentasi atas penelitiannya itu.

Sebagai pakan lele

Permasalahan yang kerap dialami oleh para peternak lele adalah sulitnya menekan harga pakan lele. Harga yang dari waktu ke waktu terus mangalami kenaikan membuat segelintir peternak menggulung tikar.

Satu-satunya cara agar bisa bertahan ditengah meningkatnya harga pakan lele adalah dengan membuat pakan sendiri. Dalam pembuatan pakan lele tersebut, anda harus pandai-pandai memilih bahan baku yang selain murah tetapi juga memiliki banyak kandungan nutrisi.

Salah satu bahan baku yang murah dan bernutrisi ini adalah kotoran ternak, termasuk kotoran sapi. Daripada kotoran sapi dibuang sia-sia ada baiknya anda manfaatkan untuk membuat pakan lele. Ya meskipun menjijikan tapi kotoran ternak mengandung 60-70 persen bahan organik.

Sebagai Pupuk Organik

Kita sudah tidak asing lagi dengan manfaat yang satu ini. Ya, kotoran hewan termasuk kotoran sapi yang berada di daerah Cigugur bisa dijadikan pupuk organik untuk pertanian. Pada umumnya, para petani yang ada di kabupaten Kuningan menggunakan pupuk kimia dalam mengolah pertaniannya.

Harganya pun sangat terjangkau jika dibandingkan dengan pupuk organik. Selain harganya yang terjangkau, pada pupuk kimia, nutrisi yang disediakan sudah berbentuk ion. Sementara pada pupuk organik, perlu adanya dekomposisi sampai terbentuk ion dan dapat diserap oleh tanaman.

Alasan para petani tidak menggunakan pupuk organik selain lama dan mahal, karena kurangnya sosialisasi tentang bagaimana cara pembuatan pupuk organik secara baik dan benar. Meski lama dalam proses penyerapan nutrisi, pupuk organik baik untuk kesuburan tanah dan dapat memanfaatkan limbah-limbah kotoran yang berasal dari peternakan.

Posting Komentar