Ad Under Header
Parallax Ad

Manusia Purba di Kuningan Sudah Menganut Sistem Kepercayaan

Manusia Purba di Kuningan Sudah Menganut Sistem Kepercayaan
Ilustrasi.
Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang memiliki tinggalan kepurbakalaannya cukup banyak. Mulai dari menhir, peti batu mati, dolmen, batu dakon, bangunan berundak, meja batu, arca megalitik, punden berundak, dan lain-lain. Benda-benda yang terbuat dari batu itu, menurut beberapa literatur, berasal dari masa pra-aksara. Atau, bisa disebut juga dengan masa nirleka.

Menurut Yondri (2011: 66), berkembangnya budaya ini ke pelbagai pelosok Nusantara didukung oleh para pemakai bahasa Austronesia. Khususnya yang menghasilkan alat-alat dan membangun benda-benda yang disusun dari bongkahan-bongkahan batu-batu besar. Termasuk salah satunya peninggalan-peninggalan kepurbakalaan yang berada di kabupaten Kuningan. Seperti ditemukannya peti batu mati yang terdapat di beberapa desa.

Adanya beberapa peti batu mati seperti di desa Cibuntu, Cigugur, desa Ragawacana, desa Rajadanu, Cigadung, ini membuktikan bahwa manusia purba yang berada di kabupaten Kuningan pada masa lalu telah menganut sistem kepercayaan. Meski pun di dalam peti itu tidak ada kerangka mayat, menurut Pengelola Situs Taman Purbakala Cipari, Uu Mardia, yang majalahkuningan.com lansir dari Republika, para peneliti menemukan bekal yang biasa mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari/peralatan.

Menurut Clark (1975:52), bekal kubur umumnya diletakkan di sisi atau berdampingan dengan mayat, atau dapat pula diartikan sebagai benda-benda yang dideposisikan secara sengaja bersama mayat, tetapi tidak merupakan bagian dari struktur kubur atau peralatan yang digunakan untuk membawa mayat.

Penyertaan benda-benda sebagai bekal kubur pada mayat yang terdapat di kawasan Indonesia, menurut A.C. Kruyt, bukanlah berarti memberi sesajian atau hadiah dari yang masih hidup kepada yang sudah mati, melainkan kebiasaan ini berlandaskan kepada kepercayaan bahwa si mati harus dibekali dengan benda-benda penting miliknya sendiri, dengan tujuan agar arwah si mati dengan perlengkapannya itu dapat meneruskan kehidupannya di alam arwah (Soejono, 1977: 212-213).

Posting Komentar