Ilustrasi Longsor (Foto: Pixabay/Saiful Mulia) |
Musibah kebakaran di kabupaten Kuningan seperti sudah menjadi langganan setiap tahunnya pada musim panas. Pada 2019, misalnya, musibah kebakaran tercatat sebanyak 214 kasus dengan total kerugian mencapai Rp 15 miliar.
Namun, jumlah kasus kebakaran pada 2020 menurun, terhitung sejak Januari hingga Juni, kasus kebakaran hanya ada 15 kasus dengan total kerugian kira-kira mencapai Rp 452 juta.
Dikutip dari CiremaiToday, Kumparan, Khadafi Mufti, Kepala Damkar Kuningan, mengatakan, faktor penyebab menurunnya jumlah angka kebakaran di Kuningan pada 2020, karena [mungkin] diberlakukannya PSBB [Pembatasan Sosial Berskala Besar] sehingga membuat semua masyarakat lebih lama menghabiskan waktu berada di dalam rumah.
Yang memungkinkan mereka akan lebih jeli dalam mengontrol aktifitas yang dilakukannya seperti sedang memasak, lupa mematikan aliran listrik, dan kelalaian lain yang berpotensi menyebabkan kebakaran.
Informasi yang beredar, tahun 2019 memang merupakan tahun terpanas di bumi. Menurut National Centers for Environmental Information di AS, bumi telah mencatat rekor tahun terpanas pada 2019, 2018, 2017, 2016, 2015, 2014, 2013, 2010, 2005, dan 1998.
Pada 2020, tempat terpanas di bumi yang berada di California, Death Valley, memecahkan rekor suhu terpanasnya hingga mencapai 54,4 derajat Celcius. Kata Furnace Creek, ini merupakan tambahan fakta yang mengganggu bahwa Bumi sedang tidak baik-baik saja.
Akankah kita melakukan upaya demi masa depan bumi terkhusus kabupaten Kuningan di masa depan? Yang turun ke jalan mengkampanyekan #globalwarming dan #climatechange.
Sebagai daerah yang dikelilingi perbukitan dan keberadaan Gunung Ciremai membuat beberapa tempat di kabupaten Kuningan rawan terjadi bencana alam.
Pun, beberapa aliran sungai yang memanjang, ditambah lagi dengan keberadaan Sesar Baribis segmen Ciremai, semakin menambah jumlah macam-macam bencana alam di kabupaten Kuningan.
Meski keberadaan sungai, gunung, dan perbukitan memiliki manfaat yang begitu melimpah bagi masyarakat Kuningan, akan tetapi kita juga harus memperhatikan sisi buruknya.
Tata kelola lahan yang buruk akan berakibat fatal kepada makhluk hidup. Misalnya, menggubah hutan menjadi tempat pariwisata, menggubah fungsi hutan menjadi pertanian, dan pembangunan-pembangunan lainnya.
Dampak yang akan dirasakan langsung oleh makhluk hidup terutama manusia, apabila penataan lahannya ngasal, adalah longsor dan banjir.
Kepada Detik, Indra Bayu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, mengatakan sebanyak 15 kecamatan yang rawan terjadi bencana alam diantaranya kecamatan Kadugede, Karangkancana, Selajambe, Nusaherang, Hantara, Darma, Subang, Cilebak, Ciniru, Ciwaru, Cimahi Cibeureum, Cibingbin, Luragung, dan Cidahu.
Indra melanjutkan, meski Kuningan dilalui Sesar Baribis Segmen Ciremai, yang menjadi penyebab terjadinya gempa bumi, tapi ia lebih mewaspadai bencana longsor dan banjir, karena gempa sifatnya periodik, artinya, muncul atau terjadi dalam selang waktu tertentu.
Bencana banjir terakhir kali terjadi di kabupaten Kuningan pada 16 Februari 2020. Banjir itu diawali oleh derasnya curah hujan yang membuat sungai Lebak Cikondang dan Cijangkelok meluap. Luapan air dari sungai itu memasuki permukiman warga di 4 desa.
"Ada [sekitar] empat desa yang terdampak banjir, tapi untuk kali ini tidak separah tahun lalu. Banjirnya [pun] hanya [melanda] beberapa blok, seperti di Blok II Depok Barat, [dan] pinggir kali dekat rumah saya. Tapi [itupun] sudah surut, yang [paling] parah mah Desa Cibingbin." Kata Wihendar, salah seorang warga Desa Dukuh Badag, kepada SuryaGrageOnline.
Memasuki bulan Oktober 2020, adalah bulan dimana musim hujan dimulai. Selain dapat menyebabkan banjir, hujan pun kerap menyebabkan terjadinya longsor.
Seperti yang terjadi di kecamatan Subang pada Sabtu (3/10/2020). Hujan deras yang menyebabkan longsor di wilayah ini terjadi di tiga titik sekaligus yaitu di desa Pamulihan, Jatisari, dan desa Subang.
Sebelum bulan Oktober, bencana longsor juga terjadi pada bulan Maret, April, Mei, dan Juni tahun 2020. Bencana banjir dan longsor dominan diawali oleh hujan deras.
Apakah mungkin hujan deras sebagai penyebab? Atau, ada hal yang perlu dievaluasi?
Posting Komentar