Legenda Sangkuriang memiliki banyak versi berbeda di beberapa daerah, baik latar cerita maupun nama-nama tokohnya.
Seperti tokoh wanita yang digambarkan sebagai ibu Sangkuriang, ada beberapa versi, kata Ajip Rosidi (2009: 19), Rarasati dalam versi Galuh, Nyi Artati dalam versi Banten, dan Nyi Sepi Rasa dalam versi Kuningan.
Kendati berbeda, tetapi alur ceritanya sama yakni mengisahkan seorang pemuda [bernama Sangkuring] yang mencintai ibu kandungnya sendiri [Dayang Sumbi/Nyi Sepi Rasa].
Banyak tokoh yang mengadaptasi legenda Sangkuriang ke sejumlah karya, semisal, novel oleh Ajip Rosidi, film oleh Sisworo, drama-libretto oleh Utuy Tatang Sontani, dan sebagainya.
Namun, yang lebih dikenal oleh khalayak luas, pun kita yang mendengar dari orangtua atau para guru di sekolah, berasal dari naskah kuno Bujangga Manik, yang merupakan catatan pertama mengenai keberadaan mitos Sangkuriang.
Naskah kuno itu ditulis pada daun lontar yang ditemukan akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi.
Legenda Sangkuriang di Kuningan berlatar tempat di Gunungsari, kecamatan Cimahi, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kita dapat melihat sendiri dari kejauhan atau pada gambar di atas, sekilas, (Gunung) Puncak Manik seperti perahu terbalik (B. Sunda Nangkuban).
Dilansir dari KamangkaraNews, Almarhum E. Madrohim (Mantan Sekda Kuningan) sangat percaya bahwa keberadaan legenda Sangkuriang itu ada di Kuningan.
Maka untuk membuktikannya, Komunitas Ngahiang Dawuh yang berjumlah 10 orang, mengunjungi Puncak Manik di desa Gunungsari pada Minggu (6/1/2019).
"Di sana (Puncak Manik) terdapat pancuran emas, tempat mandi bidadari, tempat Dewi Kentring Manik (istri Prabu Siliwangi). Tidak sembarang orang bisa masuk, harus izin terlebih dulu kepada kuncennya, baru bisa memperoleh keterangan tentang legenda Sangkuriang." Kata Apip Mustopa, Ketua Ngahiang Dawuh, kepada
KamangkaraNews.
|
Batu si Tumang. Menhir Gunung Subang (Foto: KlinikKabar) |
Sebagai referensi bukti lagi, di dekat Puncak Manik yaitu Gunung Subang, terdapat dua batu [menhir], oleh masyarakat sekitar batu tersebut dinamakan Batu Si Tumang.
Mengingat, Dayang Sumbi memiliki peliharaan Anjing bernama si Tumang. Menurut legenda, konon, si Tumang adalah dewa yang dikutuk dan dibuang ke bumi, sekaligus suami Dayang Sumbi.
Posting Komentar