Ad Under Header
Parallax Ad

Tentang Sejarawan Kuningan Yang Melegenda

Prof. Dr. H. Edi Suhardi Ekadjati

“Kita tidak pernah minta dilahirkan di daerah Sunda, namun itu sudah merupakan ketentuan dari Tuhan. Sudah seharusnya kita menghargai yang ada di tempat kita, dalam hal budaya dan juga bahasa,” kata mendiang Ajip Rosidi.

Di jalan Siliwangi depan pintu masuk Stadion Mashud Wisnusaputra itu ada sebuah perpustakaan yang sengaja dibuat untuk menghormati jasa-jasanya. 

Sesuai namanya, perpustakaan itu diberi nama Perpustakaan Prof. Dr. Edi S. Ekadjati. Ia adalah Sejarawan yang lahir di Jatinunggal, Karangtawang, Kuningan, Jabar pada 25 Maret 1945.

Prof. Dr. Edi Suhardi Ekadjati juga dikenal sebagai pakar naskah Sunda Kuno (Filologi), ilmu itu ia dapatkan ketika ia menempuh gelar doktor di Universitas Indonesia pada Program Studi Filologi (1976-1979).

Merasa kurang mendalami ilmu tersebut, kemudian, ia pun mendalami kembali tentang filologi sebagai riset sejarah di Universitas Leiden Fakultas Pengetahuan Budaya (1974-1975).

Sebelumnya, ia menempuh pendidikan sarjananya di Universitas Padjadjaran Jurusan Sejarah Fakultas Sastra (1964-1971). 

Sebagai orang Sunda, ia ingin Sunda itu tetap ada dan melegenda. Dan, hal ini pun ia buktikan melalui gubahan buku-bukunya, terutama tentang sejarah Tanah Pasundan. 

Seperti buku Sejarah Kuningan: Dari Masa Prasejarah Hingga Terbentuknya Kabupaten (2003), Sejarah Kota Bandung, 1945-1979 (1985), Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta (2005), dan lain-lain.

Bahkan tidak hanya itu, bersama pakar lainnya ia mendirikan Yayasan Kebudayaan RancagĂ© dan Caraka Sundanologi.

Berkat kontribusinya yang amat besar terhadap kebudayaan dan sejarah Sunda, pelbagai penghargaan pun turut membututinya, diantaranya Satyalencana Karya Sastra 20 Tahun (1998), Satya Karya Bhakti 15 Tahun (1996), dan Adhitya Tridharma Nugraha sebagai Dosen Teladan Tingkat Nasional (1982).

Di Jepang, ia pernah menjadi Guru Agung Tamu pada Research Institute for Language and Cultures of Asia and Africa di Tokyo University of Foreign Studies. 

Selama di Jepang pada 2002, Pak Edi, melakukan penelitian tentang kebudayaan Sunda pada zaman Kerajaan Pajajaran.

Sekarang, kita hanya bisa menikmati dan mendengar beliau melalui buku-bukunya. Mendiang Edi Suhardi Ekadjati wafat pada 1 Juni 2006 (61). Ia meninggalkan istrinya Hj. Utin Nurhusna beserta empat orang anaknya. 

Posting Komentar