Limbah memang membawa masalah. Di sudut-sudut kota yang sibuk, di sudut-sudut wisata yang indah, bahkan di lingkungan kita sendiri, limbah memang membawa masalah.
Kita tidak bisa menghapus hal-hal yang telah terjadi. Atau, sekalipun kita memprotesnya dengan keras dan mengkritiknya dengan marah, tetap saja, limbah memang membawa masalah.
Hal yang perlu kita lakukan bukanlah melakukan dua hal diatas [Mengkritik & memprotes], yang perlu kita lakukan sebenarnya cukup sederhana, kita, - cukup tidak melakukan dua hal diatas.
Supaya apa?
Supaya pikiran dan hati kita tidak ditambahi beban yang sebenarnya tidak penting-penting amat kan?
Misal, si A melihat si B membuang sampah sembarangan. Kemudian si A mengambil kembali sampah yang dibuang sembarangan itu dan melemparkan sampah itu ke muka si B.
Ditambah, si A mengkritik & memprotes perbuatan si B itu. Mendengar kritikan dan protes yang keras ditambahi marah-marah, si B, - tidak terima lantas ia menghajar muka si A.
Kata si B, "Saya membawa barang yang banyak. Sudah satu jam lebih saya mencari-cari tempat sampah disini tidak ada. Karena lelah dan berat membawa barang, akhirnya, saya menjatuhkan barang itu di sembarang tempat agar beban saya semakin ringan, sementara perjalanan saya ke rumah masih jauh. Apakah saya salah?"
Sekitar 30 menit cekcok, datanglah petugas pembersih sampah mengambil dan memasukkan sampah-sampah yang berserakan itu ke dalam bak mobil.
"Mari Pak..." Kata petugas pembersih sampah sembari tersenyum.
Si A dan si B, bubar, tanpa pamitan.
Limbah memang membawa masalah. Apalagi limbah plastik. Padahal, awal mula diciptakannya plastik untuk menolong sekaligus membantu manusia. Eh, akhir-akhir ini sampah menjadi biang kerok bencana alam [Karena membutuhkan waktu lama untuk diuraikan].
Tidak usah jauh-jauh, limbah memang membawa masalah. Seperti permasalahan limbah kotoran hewan di Cigugur. Pekan lalu sempat ramai. Masyarakat disana sedikit terganggu dengan adanya kotoran hewan yang menyebar di sungai dan selokan.
Kata masyarakat, kotoran hewan disinyalir dapat membawa penyakit. Apalagi, baunya yang menyengat dapat mengurangi nafsu makan. Ditambah lagi, katanya, mencemari lingkungan.
Limbah memang membawa masalah. Cara satu-satunya yang cepat untuk menyelesaikan permasalahan limbah yang ada di Cigugur adalah dengan membersihkannya tanpa banyak diskusi-diskusi atau seminar-seminar yang membosankan.
Bahkan, lebih dari mencemari lingkungan, bau menyengat, dan penyakit, kotoran hewan dapat mempengaruhi pemanasan global.
Kenapa?
Karena kotoran yang dihasilkan sapi, kambing, dan sejenisnya mengandung gas metana. Yang dimana gas metana dapat membahayakan bumi atau dapat meningkatkan efek rumah kaca.
Menurut penelitian, gas metana yang dikeluarkan ternak, terutama sapi, mencapai 14,5 persen dari total emisi gas rumah kaca di dunia.
Jadi, bukan hanya pembakaran bahan bakar fosil [Bensin yang dihasilkan kendaraan, listrik yang kita gunakan, dan pabrik-pabrik] dan penggundulan hutan [Buat wisatalah, bisnis villa-lah, dan alih fungsi lahanlah] yang mempengaruhi pemanasan global [Global warming].
Belum lagi limbah yang dihasilkan rumah tangga. Pada 2019, tercatat, Kuningan dapat memproduksi sampah rata-rata 400 ton per hari. Sementara yang berhasil dicover hanya 70 ton saja.
Pada 2020 nambah, produksi sampah yang dihasilkan Kuningan, per hari, rata-rata 440 ton. Apabila sampah yang tercover masih 70 ton, berapakah sisanya?
Yang perlu banyak [paling] diperhatikan adalah masalah-masalah seperti sampah yang berton-ton dan kotoran hewan, karena hal ini akan berdampak serius terhadap lingkungan di masa depan.
Bukan malah seperti si A dan B, yang marah alih-alih membela kebersihan tetapi rupanya hanya sebuah ocehan belaka. Sementara sampahnya diambil oleh petugas keberasihan. Masalah iya, sampah diambil kagak.
Posting Komentar