Ad Under Header
Parallax Ad

Rentang Kisah Purbakalawan yang Lahir di Kuningan

Dr Uka Tjandrasasmita
Uka Tjandrasasmita (Foto: huruhara.wordpress.com)

Kata buku Apa Siapa Orang Sunda (Ajip Rosidi)Purbakalawan itu lahir di desa Subang pada 8 Oktober 1930. Selama hidupnya, Dr Uka Tjandrasasmita telah menulis buku sebanyak 10 buah dan makalah sebanyak 200 buah. Aktifitas tulis-menulis ia lakukan hingga tua, buku terakhirnya, ia beri judul Arkeologi Islam Nusantara (2009). Menulis, mungkin baginya candu. 

Dr Uka Tjandrasasmita meninggal karena kanker usus pada Sabtu (22/5/2010) di Bogor, Jawa Barat. 

Dikutip dari Antara, menurut Dr Nini Susanti, Ketua Program Studi S1 Arkeologi UI, almarhum merupakan figur yang penuh dedikasi terhadap ilmu arkeologi. 

Nini Susanti yang pernah menjadi muridnya itu melanjutkan, "Bahkan ketika dia sakit [pun], [almarhum] masih tekun dan bisa menulis [atau menghasilkan] sebuah buku."

Kata Kompas, Dr. Uka disegani di dalam dan di luar negeri. Ia sering diundang jadi narasumber di pelbagai forum seminar kepurbakalaan internasional. 

Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat, dalam memperingati 80 tahun Uka Tjandrasasmita yang dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengatakan, dedikasi Uka luar biasa besar dalam arkeologi Islam. 

Untuk bisa mencapai titik ini tidaklah mudah. Ia harus berjuang sekuat tenaga dan bekerja keras. Selain itu, ia juga harus menguatkan mental karena hidup (usia muda) pada saat zaman penjajahan Belanda. 

Kita, sebagai pemuda yang hidup hanya tinggal menikmati kenyamanan merdeka saja haruslah lebih bekerja keras dan tidak mudah menyerah. 

Bahkan mungkin tidak hanya menikmati kenyamanan setelah merdeka, kesupermudahan dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, seperti hadirnya teknologi misalnya, harus lebih mudah bagi kita, selain harus bekerja keras dan pantang menyerah, kita juga harus menciptakan inovasi baru, dalam bidang yang kita geluti.

Setamat Sekolah Dasar (SD), Uka kecil harus buru-buru bekerja di bengkel kereta api di Arjawinangun, Cirebon. Hal ini ia lakukan karena berpegang teguh pada petuah ayahnya bahwa kalau ingin maju, tekunlah dan bekerja keraslah

Alasannya, karena ayahnya tak cukup uang buat biaya sekolahnya. Kata buku Apa Siapa Orang Sunda, maklum, Ayahnya hanya pensiunan pegawai bank desa. 

Perjuangan Uka pada waktu muda, bukan hanya untuk dirinya semata. Dia tidak egois. Ia juga turut serta berjuang melawan penjajah. Kala itu, ketika ia sekolah di SMP Taman Siswa, Cirebon, ia ikut berjuang dan bergabung dengan Tentara Pelajar Yon 400 Siliwangi, kira-kira tahun 1947. 

Sedikit informasi, pada tahun itu pihak Belanda mengkhianati hasil perjanjian Linggajati. Adanya ketidakpuasan atas pembagian wilayah membuat Belanda melakukan agresi militer di Kuningan. 

Setelah menjadi Tentara Pelajar dan menamatkan SMP (1949), ia melanjutkan SMA di Jakarta sembari mengajar di Sekolah Dasar Matraman (1949-1952).

Tamat SMA, ia bekerja di Dinas Purbakala sembari berkuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Kuno dan llmu Purbakala.

Bidang tugas dan pekerjaannya selalu berkaitan dengan sejarah purbakala. Ia memangku jabatan sebagai Kepala Dinas Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1960 hingga 1975.

Selanjutnya, pada 1975 hingga 1985 ia menjadi Pembina Utama Direktur Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah Purbakala. Pada masa ini, ia telah melakukan pemugaran dan penggalian kepurbakalaan di 26 provinsi.

Ia memugar 121 candi dan peninggalan sejarah di seluruh Indonesia. Menurutnya, perlindungan dan pembinaan peninggalan sejarah nasional dapat berfungsi merangsang kembali gairah kehidupan budaya nasional.

Semasa muda ia tidak idealis. Hal ini terlihat dari caranya mewujudkan keinginan yang melihat sisi ekonominya. Ia pun rela mencari uang sembari mewujudkan cita-citanya.

Posting Komentar