Nyaris semua lokasi destinasi wisata danau di Kuningan berada di Kuningan sebelah Barat. Sebut saja Telaga Nilam, Telaga Biru, dan Waduk Darma.
Meski begitu, bukan berarti Kuningan bagian Timur tidak memiliki destinasi danau. Sebenarnya ada bahkan mungkin sebagian orang sudah ada yang mengetahuinya, hanya saja danau yang berada di Kuningan Timur belum sepopuler Telaga Nilem dan Telaga Biru.
Bahkan, ketiga danau yang berada di Kuningan Timur belum diberi label 'wisata' yang dimana biasanya tempat yang sudah diberi label wisata akan sering diromantisir oleh mata kamera dan media.
Waduk Kuningan
Yang pertama ada Waduk Kuningan. Danau yang akhir-akhir ini rampung itu melulu tampil elegan di pelbagai media. Tak sedikit masyarakat mengabadikan melalui foto, media sosial, dan tulisan.
Pemandangan sekitarnya memang mampu memanjakan mata pengunjung. Seperti Waduk Darma yang semula dibangun demi kemonceran pabrik gula di Cirebon, danau ini pun sama dibuat demi kemonceran tanaman padi dan lainnya sebelum semuanya menjadi destinasi wisata.
Bendungan yang terletak di Desa Randusari dan Kawungsari Kecamatan Cibeurem ini memiliki luas 284,45 Ha dengan total volume tampungan sekitar 25,955 juta m3. Dari jutaan air yang tertampung ini diperkirakan mampu mengairi lahan sebanyak 3.000 Ha.
Sebelum diperluas dengan akhir dinamakan Waduk Kuningan, dulu, Waduk ini familiar dikenal Waduk Cileuweung. Sumber air berasal dari Sungai Cikaro yang merupakan anak dari Sungai Cijangkelok. Konon, perencanaan pembangunan bendungan ini sudah dimulai pada tahun 1984.
Situ Putat dan Situ Kabuyutan
Situ Putat berada di tengah-tengah persawahan milik warga. Situ ini memiliki luas kurang lebih 0,29 Ha. Situ ini digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengairi lahan persawahan dan kadang digunakan untuk memancing. Untuk menuju situ ini kita harus melalui persawahan sepanjang kira-kira 70 m.
Berbeda dengan Situ Putat, Situ Kabuyutan dikelilingi pepohonan tua yang besar. Situ ini memiliki luas kurang lebih 0, 25 Ha. Situ ini banyak dimanfaatkan masyarakat setempat untuk memancing dan mengairi lahan persawahan. Situ Kabuyutan berada di bawah kewanangan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Kedua danau ini terbentuk karena adanya sesar. Menurut ESDM, struktur geologi di daerah ini terjadi akibat adanya deformasi seperti patahan atau sesar naik dan lipatan antiklin (fold) yang terdapat di bagian Barat daerah ini. Berdasarkan Peta geologi Lembar Majenang, Jawa, Puslitbang Geologi (Irwan Bahar, 1995), lokasi ini merupakan bagian dari satuan batuan Formasi Halang (Tmph).
Situ Kabuyutan dan Situ Putat merupakan dua danau alami yang berada di Desa Legokherang, Kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan. Jika Telaga Nilem dan Telaga Biru berada di kaki Gunung Ciremai dan Waduk Darma menyuguhkan pemandangan Gunung Ciremai, berbeda dengan Situ Putat dan Situ Kabuyutan yang akan memanjakan mata dengan pemandangan gunung Subang.
Pasalnya, kedua danau ini berada di kaki Gunung Subang (1.210 mdpl) yang dimana gunung ini merupakan salah satu puncak tertinggi dari rentetan gunung yang berjuluk Puncak Tiga Lio yang membentang dari selatan Kabupaten Kuningan hingga Kabupaten Brebes. Awal kemerdekaan, gunung ini menjadi salah satu basis pertahanan DI/TII yang dipimpin oleh Amir Fatah.
Terdapat pula hewan liar seperti Lutung, Surili, burung dudut, kutilang, burung pipit, dan berbagai jenis serangga.
Keberadaan pemandangan Gunung Subang di kedua situ ini merupakan hal baru yang membungkus keunikan tersendiri bagi sebagian masyarakat yang sudah merasa jenuh dengan pemandangan Gunung Ciremai.
Posting Komentar