Illustrasi banjir. By Pixabay |
Banjir yang melanda desa di kecamatan Cibingbin kabupaten Kuningan seakan menjadi agenda tahunan di kota kuda. Setiap musim hujan tiba selalu saja ada kabar banjir dari para pewarta. Respon masyarakat tatkala mendengar kabar ini seakan mereka sudah tahu "Pasti di Cibingbin".
Air singgah di ribuan rumah disambut dengan airmata dan perasaan pasrah. Begitu juga dengan hewan melata seperti ular terbawa arus hingga masuk ke kawasan manusia. Lantas apakah manusia akan menyalahkan alam?
Respon ini nampaknya biasa saja tetapi itu berarti banjir yang melanda Cibingbin menjadi sesuatu hal yang 'Sudah terbiasa'. Ini harus segera diatasi dengan cepat jangan sampai banjir di Cibingbin menjadi krisis. Dan jangan sampai 'Banjir' ini menjadi ajang kampanye calon bupati yang akan datang.
Awal banjir di Cibingbin
Tepatnya 2017, kala itu saya ingat betul, orang-orang secara ramai-ramai menggaungkan tagar "PrayforCibingbin" pun mereka melakukan aksi nyata dengan cara melakukan penggalangan dana. Setelah dana terkumpul, mereka memberikannya dengan bukti 'Foto' bersama dengan nama organisasi yang tersemat di baju atau di banner.
Tahun itu banyak sekali 'Baik' yang diberikan oleh masyarakat kepada warga Cibingbin tetapi tatkala banjir menjadi agenda rutin dalam 4 tahun terakhir, bantuan mulai berkurang. Bantuan berupa makanan dan pakaian serta tenaga dan waktu.
Sebagian orang berjalan menyusuri gang-gang sembari membawa kardus untuk meminta sumbangsihnya ke setiap warga yang ditemuinya. Ada juga yang berkumpul di setiap lampu lalu lintas. Peran dunia maya pun terus ber-gerilya melalui situs yang bergerak dibidang 'Sumbangan'.
Mungkin, tahun 2017 akan menjadi sejarah yang tidak terlupakan oleh kabupaten Kuningan terkhusus warga Cibingbin. Penyebabnya pun masih beragam dalam artian tidak merujuk ke 'Salah satu' sebab.
Jika tidak segera dibenahi atau diselesaikan dengan segera maka besar kemungkinan Cibingbin akan menjadi seperti Jakarta setiap tahunnya atau setiap musim hujan.
Penyebab banjir di Cibingbin bervariatif
Pertama, penyebab banjir diprediksi karena adanya longsoran di hulu sungai Cijangkelok yang mengakibatkan aliran air meluap sehingga terjadi banjir bandang pada tahun 2017. Sebagian masyarakat mengira bahwa banjir disebabkan oleh sampah tetapi hal itu ditepis oleh anggota BPBD.
Kedua, diduga adanya pengikisan batuan oleh air atau abrasi di daerah Lio, Gunung Kidul sehingga air sungai membawa hasil pengikisan itu yang mengakibatkan air sungai meluap. Material inilah berupa tanah dan batu yang mengakibatkan sungai mengalami pendangkalan.
Ketiga, galian batu adalah proyek pemerintah yang berada di desa Cipondok Kec Cibingbin dianggap akan merusak alam. Warga mengkhawatirkan dengan adanya pertambangan batu tersebut akan semakin merusak alam.
Keempat, warga menduga gundulnya hutan di kawasan hutan produksi milik perhutani yang berada di sekitar sungai yang meluap menjadi penyebab banjir di daerah Cibingbin.
Kelima, diduga adanya arus air dibawah tanah di sungai Cijangkelok.
Baca juga: Kabupaten Kuningan nyaris krisis bunuh diri
Upaya yang hendak dilakukan
Upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi banjir adalah dengan melakukan normalisasi sungai Cijangkelok yaitu dengan mengeruk tanah. Pengerukkan ini dilakukan di sungai yang terlihat dangkal.
Dangkalnya sungai diduga sebagai penyebab kuat banjir yang terjadi di daerah Cibingbin.
Posting Komentar