Ad Under Header
Parallax Ad

Ketakutan Belanda Dengan Ajaran "Cara Ciri Bangsa" Pangeran Madrais

Ketakutan Belanda Dengan Ajaran "Cara Ciri Bangsa" Pangeran Madrais

Salah satu ajaran pemikiran daripada Pangeran Sadewa Alibassa Wijaya Ningrat atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Madrais, membuat pemerintah kolonial 'waswas' dengan kehadirannya ditengah masyarakat. Pasalnya, ajaran pemikiran yang termuat dalam Pikukuh Tilu yaitu Cara ciri bangsa dapat menggugah dan mendorong semangat untuk mencintai dan menjaga lemah cai (Tanah air).

Ajaran tersebut memiliki arti bahwa sesama manusia tidak boleh saling menjajah, karena manusia yang hidup di muka bumi telah diatur Tuhan dengan pelbagai takdirnya. Ajaran ini mengajarkan kita untuk bersyukur dan tidak boleh 'iri' dengan suatu bangsa lainnya serta tidak boleh memiliki sifat 'rakus'. Jika kita ditakdirkan lahir dan bertanah air di bangsa eropa, kenapa harus menjajah bangsa lain yang notabene bukan milik bangsa eropa.

Dalam buku Sisi Senyap Politik Bising, Pangeran Madrais dicap sebagai orang yang tengah mempersiapkan pemberontakan kepada pemerintah kolonial Belanda. Awalnya pemerintah kolonial membiarkan, tetapi setelah pengikutnya tumbuh-kembang secara signifikan, tepatnya pada tahun 1901, Pangeran Madrais dibuang ke Tanah Merah (Merauke).

"...itu di pengadilan beliau (Pangeran Madrais, red) nanya begini. 'kalau saya maling kerbau milik orang lain salah gak'. salah. 'kalau saya maling harta-benda milik orang lain salah gak'. salah...". Kata  Oki Satriajati (Girang Pangaping Adat) menggambarkan suasana tanya-jawab kala itu, dalam video yang diunggah oleh akun Youtube Bingkaiwarta.com. Lantas Oki menambahkan, "...'kalau satu bangsa merampok bangsa lain salah gak'. salah. tujuh tahun ke tanah merah (Setelah pertanyaan terakhir, Pangeran Madrais dibuang ke Tanah Merah).

Sebab, pemerintah kolonial menyadari ajaran pemikiran tersebut sangat berpeluang membuka rasa cinta tanah air yang tinggi di benak masyarakat, sehingga dapat menimbulkan pembangkangan dan pemberontakan kepada pemerintah kolonial yang notabene bukan warga pribumi.


Posting Komentar