Ad Under Header
Parallax Ad

Ada 'Bung Kecil' Dibalik Terselenggaranya Perundingan Linggajati

Sjahrir, perundingan linggajati, kuningan jabar, sejarah kuningan

Selain Bung Karno dan juga Bung Hatta yang memiliki cara jitu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia kala itu. Ternyata masih ada satu lagi anggota tiga serangkai yang berjuang untuk memerdeka kan Indonesia, yang seolah hampir kita lupakan.

Beliau adalah sosok pria yang berpostur tubuh kecil berkelahiran di kota Padang panjang pada tanggal 5 Maret 1909 Sumatra barat, sudah 111 tahun silam, meski memiliki postur tubuh yang kecil, sehingga dia sering akrab di sapa Bung Kecil oleh tokoh-tokoh pergerakan lainnya, namun dibalik tubuhnya yang kecil itu kita jarang mengetahui tentang sisi lain darinya, bahwa sangat besar peranannya demi mewujudkan Indonesia yang merdeka.

Beliau adalah Sutan Sjahrir, prestasi besar yang dilakukan Sjahrir ketika masa penjajahan yaitu adalah mensiasati hasil perundingan Linggarjati. Pada tanggal 11-15 November 1946 delegasi Belanda siap berunding dengan delegasi republik Indonesia untuk menyelesaikan sengketa wilayah Indonesia, dengan segala cara Sjahrir mengupayakan agar Belanda mau berunding, termasuk dengan cara meminta bantuan kepada teman-teman kuliahnya dulu yang sudah bekerja sebagai pejabat pemerintah Belanda.

Dengan cara tersebut akhirnya berhasil dilakukannya, agar pemerintah Belanda tidak berubah pikiran, akhir nya Sjahrir segera mengadakan perundingan dimana salah satu tempat yang ada di Kuningan Jawa barat, dan yang kita kenal perundingan itu sebagai perundingan Linggarjati.

Setelah berhasil mengadakan perundingan Linggarjati, ternyata hasil perjanjiannya Linggarjati di nilai merugikan bagi wilayah Indonesia, karena wilayah Indonesia semakin di persempit oleh pemerintah Belanda, yaitu meliputi Jawa, Madura, dan juga Sumatra.

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pergolakan di Bali pada tanggal 20 November 1946 dibawah kepemimpinan letnan kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang Puputan atau perang habis-habisan (Puput Margarana). Dan pertempuran Manado pada tanggal 16 Februari 1946 dipimpin oleh letkol taulu yang dibantu oleh residen Lapian melawan KNIL (Belanda).

Tapi dengan cerdik nya Sutan Sjahrir mengusulkan tambahan satu pasal yaitu pasal perundingan PBB. Pasal ini sebagai seolah tameng kalau nanti saja nanti nya terjadi perselisihan dikemudian hari. Tidak butuh waktu lama, Belanda pun langsung setuju karena merasa perjanjian nya menguntungkan bagi mereka.

Pada akhirnya, pasal tambahan usulan Sjahrir itulah yang menyelamatkan Indonesia ketika Belanda melancarkan agresi militer 1 pada tahun 1947. Berkat adanya pasal ini, Belanda terbukti melanggar perjanjian dan harus menuntaskan persengketaan wilayah ini pada sidang internasional.

Momentum ini membuat seluruh dunia tahu bahwa republik Indonesia sedang ditindas oleh Belanda dan dunia semakin berpihak pada NKRI. Ketika untung tidak dapat diraih, dan malang tidak dapat dihindarkan, Belanda akhirnya terhadang oleh keserakahan nya sendiri.

Sjahrir sukses memberikan umpan yang kemudian berbalik menjadi serangan balasan dan merobohkan pertahanan politik Belanda. Berikut disisi lain ada Bung Hatta yang juga menjebol pertahanan terakhir dari Belanda yaitu melalui konferensi meja bundar, yang berlangsung pada tanggal 23-2 November 1949.

Ketika Bung Hatta pulang ke tanah air (Indonesia), dengan membawa kabar baik yaitu dengan kemenangan Indonesia karena telah berhasil mendapatkan pengakuan kedaulatan resmi dari Belanda sendiri dan juga dunia internasional.

Jadi kalau bukan Sjahrir, mungkin tidak akan ada perundingan Linggarjati, mungkin tidak akan pernah terpikirkan Indonesia akan berjuang lewat jalur diplomasi atau perundingan. Lagi-lagi kalau bukan kecerdasan atau kecerdikan nya Sjahrir juga, dukungan dunia internasional tidak akan sebesar itu berdatangan untuk membela Indonesia di forum konferensi meja bundar.

Sungguh patut kita akui kecerdasan bapak pendiri bangsa yang satu ini.

Sungguh patut kita bangga karena Kuningan sendiri pernah dijadikan tempat perundingan tepatnya di Linggarjati pernah menjadi tempat peristiwa penting yang mewakili antarai Indonesia dan juga Belanda, dimana tempat yang akan menjadi Titik temu demi kedaulatan Indonesia yang ingin benar-benar merdeka.

Posting Komentar