***
Sjahrir bukan satu-satunya lelaki yang menaksir Gusti Nurul. Masih ada tiga orang lelaki yang kesemuanya memiliki jabatan tinggi atau bahasa kekiniannya lelaki yang sudah mapan. Ketiga lelaki itu diantaranya: Sultan Hamengkubuwono IX, Soekarno, dan GPH Djatikusumo.
Namun, kata Tirto, mereka harus menerima kenyataan jika Gusti Nurul resmi menikahi lelaki pilihannya bernama Raden Mas Sujarso Surjosurarso, seorang perwira yang lulus dari Akademi Militer Kerajaan Belanda di Breda.
Pertemuan Sjahrir dan Gusti Nurul di Linggajati
Meski menaruh hati pada gadis berdarah biru itu, Sjahrir tidak pernah mengunjungi Gusti Nurul di kediamannya di Istana Mangkunegaran.
Untuk menuntaskan rindunya, Sjahrir mengundang Gusti Nurul beserta keluarganya ke Linggajati. Kemudian Gusti Nurul dan keluarganya itu menginap di rumah tempat berlangsungnya Perundingan Linggajati.
Menurut Sejarawan Rushdy Hoesein, pacaran Sjahrir dan Gusti Nurul berjalan sekitar tiga tahun, sejak 1946. "Sjahrir..," Lanjut Sejarawan itu, "...tidak tanggung-tanggung untuk membahagiakan hati seorang wanita."
Siti Zoebaedah Osman yang kala itu menjabat sekretaris pertama Perdana Menteri sekaligus merangkap sebagai "Mak Coblang" selalu diutus oleh Sjahrir untuk membawakan kado, menyampaikan salam, dan sebagai perantara atau mak Comblang tadi, Ida menceritakan tentang Sjahrir kepada gadis keturunan ningrat itu.
Kepada Tempo Gusti Nurul bertutur lirih, "Saya dioleh-olehin gelang, jam, [dan] tas." Tapi hubungan mereka lebih banyak melalui surat-menyurat. "Tulisannya jelek," kata Nurul tersenyum kecil.
Ketika disambangi Tempo, Gusti Nurul berusia 88 tahun, ia sendiri sudah tidak ingat obrolan-obrolan dengan Sjahrir semasa pacarannya. Yang dia ingat, hanya satu, Sjahrir pernah membelai lembut pipi dan dagunya.
Tentang Gusti Nurul
Gusti Nurul lahir di Istana Mangkunegaran pada 17 September 1921. Ia adalah putri tunggal pasangan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro VII dengan Gusti Kanjeng Ratu Timur.
Ia merupakan seorang putri keturunan ningrat yang terkenal karena parasnya yang ayu, cerdas, serta memiliki sikap keteguhan yang kuat sehingga Ratu Belanda menjulukinya 'De Bloem van Mangkunegaran' (kembang dari Mangkunegaran).
Meski dibesarkan di lingkungan istana yang lekat dengan pandangan tradisi, ia tidak mau dipoligami sekalipun lelaki yang meminangnya memiliki jabatan tinggi.
Akhirnya ia menikah dengan sepupunya, seorang tentara, Surjo Sularso dan dikaruniai tujuh orang anak.
Gusti Nurul meninggalkan segala bentuk kemewahan di dalam istana. Setelah menikah ia bersedia menetap di Bandung.
Pada Selasa, 10 November 2015, Gusti Nurul meninggal dunia di rumah sakit Santo Carolus, Bandung. Kemudian, dimakamkan di Astana Giri Layu, Matesih Karanganyar, makam keluarga besar Mangkunegaran, Solo.
Posting Komentar